Langsung ke konten utama

Menulis Cerita yang Berperan

Foto: Ilustrasi (iics.sch.id)

Oleh: Fattah Alfarhy

Cerita itu pesan. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk menyampaikan idenya. Dia berhak bercerita dengan gaya khasnya. Sajiannya pun bisa disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Namun, lebih banyak kesan menariknya bila cerita itu dituliskan. Hadirlah sebuah sajian cerita disebut cerpen.

Cerita itu dapat sesuka hati penulis sampaikan dalam bentuk kisah nyata maupun tidak. Fiksi atau nonfiksi. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saat berbicara tentang kenyataan, menantang pembaca untuk lebih kritis dalam sikapi fakta di dalamnya. Berbeda dengan fiksi yang mampu membawa pembacanya mengarungi dunia fantasy sedalam-dalamnya. Siapa suka, dia berhak mencobanya satu per satu. Mana kiranya nanti yang lebih menarik.

Cerita yang menarik adalah bila mampu menghadirkan pembaca masuk ke dalam suasana cerita tersebut. Saat si tokoh mengalami kesedihan, pembaca bisa menangis sejadi-jadinya. Begitu pula, saat cerita sedang fun dan happy bisa membuat pembaca tertawa dan senyum-senyum sendiri. Di sinilah penokohan yang dihadirkan penulis itu harus benar-benar hidup saat dibaca. Point of view bisa saja menjadi trik utama dalam mewujudkan cerita itu menarik atau tidak. Penggunaan kata aku, dia atau nama orang berperan penting dalam penokohan yang menarik.

Saat berbicara pesan, seringkali seorang penulis mudah mengabaikannya. Pesan bisa saja menjadi motif utama kemauan seseorang untuk membaca sebuah cerita. Cerita yang mengandung pesan, akan membuat pembaca benar-benar menikmatinya. Atas dasar itu juga, secara langsung pembaca mendapatkan dua keuntungan. Dia memperoleh alur dan pesannya. Cerita yang berpesan memiliki nilai lebih tinggi daripada cerita tanpa pesan yang hambar rasanya.

Maka, untuk membuat cerita menarik di mata pembaca agaknya harus pandai memainkan alur dan penokohan demi mewujudkan pesan yang berkesan. Alur yang bergerak mundur atau maju saja mungkin bersifat monoton. Pembaca akan lebih gampang bosan. Permainan alur maju-mundur memiliki daya mengundang kepekaan pembaca menjadi lebih. Dia akan rugi bila sampai berhenti pada satu konflik saja. Sementara, penokohan berperan menjadikan pembaca sebagai pelaku atau pengamat dalam cerita tersebut. Penulis mampu menjadikan pembaca larut dalam suasana cerita apa tidak.

Atas dasar kedua itu, pembaca harus membaca sampai cerita itu berakhir. Alur dan penokohan cerita itu menjadikan pembaca tertarik untuk mendalami adegan demi adegan. Dengan begitu pesan yang terpendam di dalam cerita tersebut dapat ditangkap dengan sempurna. Cerita berpesan memiliki peran penting dalam membangkitkan suasana dan karakternya di mata pembaca.

Mari bertutur, mari bercerita untuk nusantara. Selamat mencoba untuk persembahan bagi anak bangsa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...