Langsung ke konten utama

Gemar Membaca, Susah Nulisnya

Foto: Ilustrasi (news.okezone.com)

Oleh: Fattah Alfarhy

Manusia tercipta sebagai makhluk paling luar biasa di dunia ini. Dia mendapatkan aneka keistimewaan yang sangat berbeda dengan makhluk yang lainnya. Sehingga dia mendapatkan amanah yang begitu besar sebagai khalifah di bumi ini. Segala sesuatu harus dipelajari untuk mengatur dan mengolah isi bumi. Dia perlu banyak informasi dan aneka pengetahuan sebagai bekal hidup di bumi ini.

Wahyu pertama turun berkenaan dengan perintah untuk membaca. Bacaan bukan hanya yang terkait dengan sesuatu yang tersurat saja melainkan berbagai hal yang tersirat di alam raya ini haruslah dibaca sekaligus untuk dipahami secara mendalam. Bacalah apa saja yang terdapat di alam raya ini. Karena itulah membaca tak cukup hanya mengingat apa yang tertulis, namun hal yang tak kalah penting dari membaca adalah memahami isi kandungan bacaan tersebut untuk kemudian dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada pepatah mengatakan, “membaca dapat membuka jendela dunia”. Dari sini sudah cukup jelas bahwa dengan membaca kita dapat membuka banyak wawasan tentang luasnya dunia ini. Mulai dari pengetahuan hingga berita terbaru seputar dunia ini. Sehingga tak jarang para pengajar berpesan kepada murid-muridnya untuk memperbanyak membaca. Di era masa kini, telah tersedia banyak sekali media untuk membaca. Jadi, bukan hanya buku yang bisa kita jadikan sebagai bahan bacaan kita. Karena selain itu ada internet yang menyediakan banyak sekali informasi yang dapat diakses dengan mudah lewat handphone yang kita miliki. Bahkan, ada juga alamat-alamat web yang menyediakan buku-buku digital untuk dapat kita download secara cuma-cuma kapanpun dan di manapun semau kita.

Satu hal lain yang kalah penting dari membaca adalah menulis. Kita bisa menulis apa saja yang kita mampu. Tulisan bisa bermacam-macam bentuknya . Hal ini sesuai dengan bacaan yang digemari masinag-masing penulis. Jika kita lihat kebanyakan tulisan yang beredar, pasti kita akan mengenal sosok penulis tersebut dan dari mana latar belakangnya. Ada yang suka menulis berita, novel, cerpen, puisi hingga pengalaman pribadi yang ditulis dalam bentuk buku diary. Semua itu tergantung dari selera masing-masing penulis.

Membaca dan menulis memang dua hal yang saling berkaitan. Bahkan dalam satu waktu keduanya tak mungkin dapat dipisahkan. Lihat saja ketika kita belajar, tentunya kita harus memadukan keduanya untuk memperoleh pengetahuan yang maksimal. Sehingga ketika kita telah mampu melakukan dua kegiatan ini secara bersamaan, sudah tentu belajar kita akan lebih efektif. Dan juga secara perlahan kita berlatih untuk melukiskan kesimpulan yang telah kita dapatkan dari sebuah bacaan. Dengan demikian, kita akan lebih mantap dalam penguasaan suatu keilmuan yang kita pelajari.

Dewasa ini, kita pasti bisa temukan ada banyak sekali orang yang hobinya baca tapi belum tentu pandai menulis. Banyak sekali buku-buku yang telah dikuasainya, namun tak satu pun karya tulisan dihasilkan olehnya. Ini menunjukkan bahwa budaya menulis di kalangan kita ini masih kurang. Selain hal tersebut, mungkin juga bisa dipastikan tidak adanya hasil karya tulisan disebabkan karena minimnya minat baca. Lalu, siapa yang harus merubah keadaan ini. Siapa yang dapat membudayakan budaya baik ini. Dan sudah tentu budaya ini merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan para ulama’ pendahulu kita. Mereka banyak menuliskan kitab-kitab yang masih kita gunakan hingga sekarang. Alangkah mulianya jasa para beliau itu. Mengapa kita tidak menirunya.


Bukan orang lain yang patut kita jadikan kambing hitam. Kita sendiri yang harus mengubahnya dengan memulai dari diri kita sendiri. “Ibda’ binafsik”, mulailah dari diri sendiri jika ingin perubahan yang lebih baik. Kalau tidak dari sekarang, lalu sampai kapan lagi kita harus menunda terus. Jika penasaran, silahkan mencoba. Yakinlah, kita pasti bisa ! Wallahu a’lam…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...