Foto: Ilustrasi (ummi-online.com) |
Oleh: Fattah Alfarhy
"Hidup sekali, hendaknya hidup yang bermakna," Dr. KH. A. Hasyim Muzadi
Sebuah perjuangan itu bermakna. Jika hidup itu perjuangan, maka kehidupan itu harus dimaknai dalam setiap langkahnya. Segala potensi suka dan duka yang terjadi menjadi bagian penting di dalamnya. Maka, bahagia adalah satu hal dan kesedihan adalah satu hal yang lain. Namun, di dalam perjalanannya keduanya bersandingan tanpa batas dan kemungkinan-kemungkinan. Kesusahan itu pasti dan bahagia menjadi bagiannya. Dua hal ini tidak dapat terpisah satu sama lainnya. Meskipun dalam realitas bertolak belakang dan berbeda.
Di dalam al-Quran, kesusahan diwakili dengan kata al-'Usr. Sementara kebahagiaan diwakili dengan al-Yusr yang oleh kebanyakan terjemahan memberi makna kemudahan. Hematnya, yang mudah itu ringan. Tentunya kebahagiaan itu bukan sesuatu yang berat. Justru kemudahan itulah interpretasi dari kebahagiaan itu sendiri. Sehingga, pengulangan dua kali kata al-'Usr dan al-Yusr pada ayat ke-5 dan ke-6 menjadi sebuah penegasan bahwa setiap masalah kesulitan itu ada jalan keluarnya. Susah itu ada mudahnya. Setiap masalah pasti ada solusinya. Bahkan, mengutip sabda Rasulullah bahwa setiap penyakit ada obatnya kecuali mati.
Sebagai umat manusia yang religius, taat kepada aturan agama pasti tidak dapat memungkiri suatu gambaran di atas. Seringkali mendapat ujian kehidupan, agar kita sabar. Diuji kedua kalinya, barangkali kurang bersyukur. Diuji ketiga kalinya, menandakan ada perhatian lebih dari Tuhan untuk lebih sabar dan bersyukur. Menyadari setiap langkah hidup yang berjalan bukan atas peran diri sendiri semata. Namun, ada ketentuan Allah yang lebih kuasa dalam menentukan segalanya. Walaupun begitu kehidupan tetap saja bermuara pada kebahagiaan abadi yang digambarkan sebagai surga.
Bagaimana bisa hidup menghindari ujian. Di sini yang tampak ada kesulitan-kesulitan yang datang tiba-tiba. Manusia tidak pernah berencana untuk mendapatkannya. Dia pun tidak pernah diberi kabar kapan gilirannya. Tetapi, itu semua semata-mata mengingatkan kepadanya untuk lebih banyak bersyukur atas limpahan nikmat yang tidak terhingga. Karena, sebanyak apapun nikmat itu takkan dapat terhitung oleh jari-jari manusia (QS. Ibrahim: 34).
Semua itu, menunjukkan betapa besar Maha Kasihnya Allah kepada manusia. Dia Maha Pengatur segala ritme kehidupan yang dialami oleh umat manusia. Ada yang bahagia dengan selalu tertawa. Ada tangisan yang tidak kunjung bertemu ujungnya. Bahkan ada yang tidak selesai-selesai ujian kesulitannya. Dari itu, semua mengundang motivasi untuk selalu memperjuangkan hidupnya. Kehidupan yang dilalui dari segala bidang itu tidak cukup hanya berlangsung dan hilang begitu saja. Kalau seperti itu tak ada ubahnya dengan manusia yang dilahirkan, tumbuh berkembang menjadi dewasa. Melewati fase perkawinan, beranak dan berakhir dengan kematian setelah masa berlakunya habis.
Dan akhirnya, kutipan lirik lagu D'masiv cukup memberikan motivasi untuk selalu perjuangkan hidup. "Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik." Barangkali ini cukup memberikan pemahaman bagi mereka yang tidak suka bahkan gerah saat mendengar kutipan-kutipan kitab sucinya.
Jika hidup ini penuh makna, itu akan menjadi sejarah indah bagi anak cucu dan keluarga. Jika hidup itu berjalan begitu saja, itu sama halnya dengan menunggu mati dan habis usia. Hal itu tiada bedanya dengan air yang mengalir dari dataran tinggi dan berakhir di samudera. Maka, hidup itu layak untuk diperjuangkan demi makna penuh hikmah yang dapat tertanam abadi bagi generasi penerus bangsa. Wallahu A'lam
Komentar
Posting Komentar