Langsung ke konten utama

Terhimpit Senja


Oleh: Fattah Alfarhy

Sedari pagi tak enak rasa hati ini. Berpaut pada janji yang telah terucap seminggu lalu. Wajahmu yang selalu terbayang dalam pikiranku. Membungkus harapan tinggi asa berpadu. Dalam telinga ini hanya terngiang indah namamu.

Tak kusadari sudah menjelang senja. Tak kunjung reda rasa rindu yang menyesak dada. Adakah yang di sana merasakan ini. Tak terbendung lagi membentuk butiran-butiran bening menetes di pipi. Mencipta rasa galaunya hati ini. Menanti kata sapaan lembut pujaan hati.

Kasih...
Apakah cukup rindu seperti ini saja. Atau harus selalu bertemu dalam doa. Semakin hari gejolak hati makin tak menentu. Adakah senja ini cukup mewakili rinduku padamu. Semoga lekas datang Desember penuh cita. Dalam harap dan suka berujung bahagia. Kaulah yang selalu ditunggu tanpa peduli siang dan malam menembus waktu

Apa kabarmu kini? 
Senja makin menipis meninggalkan sinarnya. Semburat hijau mulai tertutup oleh gelap gulita. Sampai tak ketemu indah cinta penuh makna. Sembari berdoa salam rindu buat yang di sana. Walau tak pandai mengeja kata. Semoga engkau tetap mengerti arti ini semua. Inilah jiwa yang selalu merindumu di kala senja.

#ProsaLiris
#KelasfiksiODOP
#onedayonepost


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...

Di Antara Sekian Anomali Kuasa

Selama ini, mungkin sulit untuk memahami realitas. Karena, pada prinsipnya melihat itu sudah cukup. Anomali yang tercipta secara organik gagal terbaca oleh sekian ribu mata yang tak teliti. Mereka bisa bilang, "Karena belum ada yang menyatakan hal tersebut." Namun, apapun adanya dalam setiap fenomena tentu ada sikap sebagai perwakilan pandangan. Tidak menyebut siapa yang benar dan apa yang dikatakan. Semua kembali pada basis semesta yang natural. Lain halnya, jika dikembalikan kepada keraguan akan berhenti pada fanatisme semata. Lalu, apa yang terlihat oleh sepasang mata dan pikiran personal? Ada yang bilang, "Itu dikembalikan kepada kondisi sosial dan politik yang berlaku. Tidak lazim memulangkan kepada kesimpulan spontan para pasukan sorak gembira." Beginilah satu dari sekian wajah klasifikasi kerutan kain perdamaian. Tidak ada yang mengira seseorang yang pernah berkata ini, akan berkata lain di waktu yang berbeda. Dan pada akhirnya, semua berteriak ada kuasa d...