Langsung ke konten utama

Prinsip-prinsip Dalam Menulis

Oleh: Fattah Alfarhy

Perlu dipahami oleh kita semua para penulis pemula, atau bahkan yang sudah sering nampang di media massa bahwa dalam menulis itu ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan. Besar kemungkinan jika prinsip-prinsip tersebut diikuti, kita tidak akan kebingungan untuk menulis. Hasil tulisan itulah nantinya yang akan membawa prinsip-prinsip ke hadapan pembaca. Lalu apa saja prinsip-prinsip yang ada pada proses menulis?

Pertama, prinsip kebenaran. Menulis harus dilandasi untuk menyampaikan kebenaran. Bukan sekadar benar untuk diri sendiri. Tapi, kebenaran yang disampaikan melalui tulisan sebisa mungkin agar bisa mempengaruhi orang lain. Jika hal itu dapat terpenuhi, maka tulisan tersebut bisa jadi amal jariyah bagi si penulis. Secara tidak langsung, jika pembacanya melakukan kebaikan seperti yang telah dituliskan maka penulisnya akan mendapat aliran pahala. Karena, dia berhasil mempengaruhi para pembaca melalui tulisan yang dipublikasikannya.

Kedua, prinsip kebermanfaatan. Menulis seringkali dianggap sebelah mata oleh sebagian orang. Yakni, bagi mereka yang tidak pernah memikirkan manfaat tulisan. Bisa jadi karena mereka malas untuk membaca sebuah tulisan. Prinsip kebermanfaatan sebenarnya lebih mengarah kepada diri penulis atau orang lain di sekitarnya, khususnya para pembaca.

Secara tidak langsung, menulis itu bermanfaat bagi diri penulis. Karena baginya, menulis merupakan salah satu terapi untuk menghilangkan kejenuhan misalnya. Atau bisa jadi menulis itu dilakukan karena ingin mengurangi stress karena banyak pikiran.

Pada sisi lain, menulis tentu sangat bermanfaat bagi orang lain. Tulisan yang dipublikasikan alan sangat bermanfaat. Dengan menulis kita dapat berbagi ilmu, informasi dan juga banyak hal. Oleh karena itu, menulis harus dipastikan untuk kemanfaatan yang bersifat positif bagi siapa saja.

Ketiga, prinsip etis. Tulisan bisa menjadi senjata untuk apapun. Menulis karena alasan balas dendam sangat mungkin dilakukan. Tetapi, menulis untuk menghibur orang lain, memberikan informasi yang bersifat edukasi juga mungkin. Menulis itu harus mempertimbangkan kode etik yang ada. Jangan sampai tulisan yang bagus hanya bersifat provokatif yang bisa memancing amarah golongan tertentu.

Sebaiknya, tulisan itu lebih diarahkan untuk hal yang sifatnya edukasi. Seperti misalnya yang bernuansa religius, motivasi dan memberikan tuntunan bagi masyarakat. Pembaca akan lebih senang dengan tulisan-tulisan yang bernuansa hikmah. Mereka rindu akan ceramah-ceramah yang menyejukkan melalui tulisan. Sehingga, seakan-akan penulis hadir di tengah-tengah pembaca untuk memberikan segudang motivasi dan siraman rohani.

Dengan demikian, tiga prinsip di atas merupakan satu kesatuan komponen yang perlu diprioritaskan dalam menulis. Tidak saja cukup menulis itu harus bernilai kebenaran. Tidak cukup menulis itu demi kemanfaatan saja. Dan tidak pula menulis hanya memperhatikan kode etik. Namun, ketiganya harus mampu dihadirkan oleh seorang penulis agar mampu menjadikan tulisan sebagai jelmaan penulis yang penuh ilmu dan kharisma di hadapan para pembaca. Sehingga, tulisan itu tidak lagi dipandang sebelah mata, apalagi sampah yang sering dihindari oleh pembaca.

Yogyakarta, 23 September 2018

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Tantangan_2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...