Oleh: Fattah Alfarhy
Hidup itu akan terus berjalan. Waktu akan selalu ikuti langkah kita dalam keadaan apapun. Kala kita dalam kebaikan, waktu tetap berjalan. Saat kita lalai dalam keburukan, waktu pun tetap habis akhirnya. Dan kita pun sadar dalam sehari belum sepenuhnya berbuat baik untuk diri sendiri. Sebaliknya, kita pun selalu terbiasa dalam keburukan tanpa jeda. Dari melihat hingga berkata, bisa terjebak dalam keburukan. Dari melihat timbul sifat hasud atau dengki. Dari perkataan seringkali tercipta kebohongan.
Sebagai manusia, kita benar-benar diliputi kelemahan. Lemah dalam menahan diri, lemah dalam mengontrol pandangan dan tentu lemah dalam menjaga perkataan. Setiap kita sering terjebak adanya keburukan di sekitar. Sudah berusaha menghindar, tetap saja terperosok ke dalam. Hanya gara-gara teman, semuanya bisa berubah seketika. Karena kalau tidak ikut bergabung tidak lagi dianggap sebagai teman. Itulah salah satu kelemahan kita, tidak mampu membedakan prinsip dan hak kita sebagai seorang individu.
Dalam kehidupan ini yang dicari hanya satu, yaitu kebahagiaan. Setiap orang tentu memakainya sebagai sesuatu yang selalu menyenangkan, menyejukkan, dan mendamaikan. Kebahagiaan ditandai dengan senyuman. Lebih dari itu, tertawa dalam canda juga cukup mewakili bahwa sedang ada bahagia dirasakannya. Maka, untuk menggapai kebahagiaan itu tidak mungkin dengan cara yang salah. Karena, bahagia merupakan representasi dari hasil perilaku dan tindakan yang dibenarkan.
Seseorang yang tidak pernah bahagia, bukan berarti hidupnya salah. Bukan pula dia selalu berbuat keburukan. Hanya saja, ada sesuatu yang salah dalam hidupnya. Utamanya dalam menyikapi sesuatu. Setiap orang memiliki hak milik atas kepemilikannya. Banyak atau sedikit, tidak menjamin kebahagiaan atasnya. Sedikit harta bisa bahagia, yang banyak harta pun belum tentu bahagia. Maka, bahagia itu relatif jika dipandang dari segi kuantitas kepemilikan.
Agaknya, bahagia itu bukan semata-mata memiliki sesuatu. Akan tetapi, lebih dari sekadar perilaku dan tindakan yang berada dalam jalan yang baik. Kebaikan yang selalu menyertainya akan membuahkan kebahagiaan dalam rasa. Untuk itu, berdoa itu menjadi satu senjata memohon kebaikan. Seseorang yang telah ada dalam kebaikan, niscaya akan mendapat kebahagiaan. Setidaknya telah mampu memastikan diri bahwa dia telah berbuat baik.
Kebaikan akan selalu ada di sekitar kita. Begitu pun sebaliknya keburukan akan selalu menyertainya. Sebagai manusia, pasti berpeluang untuk melakukan keduanya. Padahal, sudah jelas bahwa jika kebaikan yang ditanam besok akan mendapat kebaikan dan jika keburukan yang dibiasakan besok pula akan mendapatkan hasil keburukan pula. Karena itu berdoa harus selalu didengungkan dalam setiap masa dan tempat. Di manapun kita berada, kapanpun masanya berdoalah tanpa jeda memohon kebaikan selalu meliputi diri kita. Agar akhirnya kita kembali keharibaan-Nya dalam jalan penuh bahagia.
Yogyakarta, 29 September 2018
#KomunitasODOP
#ODOP_6
#Day_25
Komentar
Posting Komentar