Langsung ke konten utama

Ringan Dibawa, Berat Dihisab

Oleh: Fattah Alfarhy

Di era globalisasi sekarang ini, segala kemajuan sangat nampak dari perkembangan teknologi. Mulai dari alat-alat canggih bermesin kapasitas tinggi hingga alat komunikasi berbasis internet. Salah satu yang paling masyhur di akhir dekade ini adalah perkembangan gawai. Sebagian orang, mungkin mengenalnya sebagai smartphone. Itu karena fitur canggihnya yang begitu pintar melebihi kepintaran penggunanya. Ini menunjukkan tidak semua pemilik gawai dapat menggunakannya secara optimal.

Gawai merupakan salah satu alat komunikasi tren masa kini. Dengan benda yang ringan tersebut, semua bisa dijangkau tanpa jarak. Semua terasa begitu dekat, bagai daun dengan ulat. Hampir semua orang tidak mudah lepas dari gawai miliknya. Bahkan, setiap detik atau menit selalu mengecek balasan chat teman atau koleganya. Ini merupakan salah satu bentuk ketergantungan manusia terhadapnya.

Dulu, aplikasi media sosial tampak biasa saja. Kegunaan dan fungsinya hanya berkisar untuk bicara dan kirim pesan bergambar. Waktu berjalan tidak menyurutkan perkembangannya. Dalam sepuluh terakhir saja pengembangan gawai berbasis android selalu baru hampir di tiap tahunnya. Alhasil, aplikasinya juga ikut dikembangkan dengan menambah fitur-fitur canggih yang memanjakan penggunanya.

Bandingkan saja, kalau dulu pesan itu bergambar amplop di HP layar hitam putih, sekarang pesan chat dilengkapi emoticon yang bisa mewakili perasaan pengirimnya. Orang dulu cukup kalau dengar suara atau baca pesan singkat dari keluarganya. Kalau sekarang, seiring fitur canggih yang dimiliki gawai yang digunakan, tidak cukup suara atau pesan singkatnya. Sehingga, orang modern kali ini lebih suka video call dan pesan bergambar. Pokonya semuanya bisa, asalkan cukup kuota. Semua jadi begitu dekat begitu nyata.

Walaupun begitu, smartphone selalu menjadi favorit tiap orang tanpa pandang usia. Sekarang benda tersebut telah menjadi kebutuhan primer semua kalangan. Rasanya, ada yang kurang jika ke mana-mana tanpa membawanya. Karena itu, benda yang cukup ringan dan bisa dimasukkan saku tersebut akan selalu setia di tangan pemiliknya.

Mau di sekolah, di kantor, di stasiun, di terminal, semua pasti menggunakannya. Sudah pasti banyak manfaat, juga tentu godaannya. Seakan-akan gawai menyimpan kebaikan dan keburukan di dunia ini. Asal klik, semua bisa dicari menurut kehendak hati. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati dan bijak dalam menggunakannya. Karena, walau gawai itu ringan, akan berat nanti di hisabnya. Sebaiknya, banyak digunakan untuk banyak hal yang bermanfaat saja. Semoga bisa!

Yogyakarta, 15 September 2018

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#tantangan_1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...