Langsung ke konten utama

Menunggu atau Kecewa

Oleh: Fattah Alfarhy

Katanya, menunggu itu butuh kesabaran yang lebih. Menunggu memerlukan perjuangan ekstra. Walau terkadang tidak melakukan apa-apa ternyata menunggu melelahkan juga. Menunggu juga bisa membuat orang merasa bosan dan kejenuhan. Di samping kepastian yang diinginkan, juga menahan gejolak antara setia atau kecewa pada akhirnya.

Padahal, kesabaran itu ada batasnya. Begitulah oleh sebagian orang pahami. Kebanyakan orang menanamkan dalam hati jika sabar itu butuh tenaga ekstra. Karena, ada kaitannya dengan bertahan untuk setia dan berjuang untuk harapan yang diimpikan. Seseorang berkata, bahwa sabar itu tidak cukup dengan berkata. Tapi, perlu bukti untuk membuat orang lain percaya.

Sebab, pada hakikatnya kesabaran itu hanya diketahui oleh yang bersangkutan bersama dengan Tuhan. Maka, rahasia kesabaran itu sering menuai keajaiban. Adakalanya, rasa sabar berada di ambang pintu arogan rasanya tiada lagi untuk bertahan, ternyata yang ditunggu datang di waktu yang tepat. Adakalanya sabar menunggu dalam waktu beberapa menit saja, tiba-tiba terdengar kabar pembatalan. Rasanya menunggu itu juga masuk dalam keajaiban. Karena, sabar itu tidak pernah dipelajari, tapi ujiannya berkali-kali.

Oleh karena itu, sabar itu tidak memandang kapasitas ilmu seseorang. Sabar juga tidak menyangkut rasa setia atau keinginan yang diharapkan. Akan tetapi, sabar itu melalui relung hati seseorang ditakar dengan kemampuan dan kesanggupan dalam melakukannya. Ada cobaan dihadapi. Sikap yang disertai rasa sabar merupakan cara jitu untuk selesainya perkara. Setidaknya jika masalah tidak selesai, rasa sabar itu sudah teruji untuk siap dicoba di ujian-ujian berikutnya.

Manusia yang terbiasa untuk bersabar, dia benar-benar pilihan Tuhan. Tingkatannya berbeda dari manusia biasa pada umumnya. Bahkan, bisa saja mengikuti jejak para Nabi yang menjadi manusia pilihan Tuhan sebagai pembawa dakwah lurus di jalan Ilahi. Oleh karenanya, bersabar harus dilatih untuk dibiasakan. Agar nanti ketika mendapati aneka ujian semakin siap tanpa memandang waktu dan tempatnya. Sehingga, setia akan selalu menjadi muara rasa sabar sebelum akhirnya tawakal penuh atas segala keputusan terbaik dari-Nya.

Yogyakarta, 24 September 2018

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day_20

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...