Oleh: Fattah Alfarhy
Cerita itu harus tersampaikan. Isi dan muatannya, harus bersambung kepada para pendengar. Cerita itu akan menimbulkan rasa ingin tahu kelanjutannya. Jika cerita itu tertulis, para pembaca dapat merasakan kepuasan batin usai membaca cerita itu. Sehingga, cerita itu bisa menjadi sihir ampuh terhadap pembaca atau pendengarnya.
Seorang tukang cerita, sudah seharusnya merumuskan isi cerita dengan sebaik-baiknya. Supaya pembaca mendapatkan dua sensasi sekaligus ketika membaca. Satu, pembaca mendapatkan kepuasan pikiran setelah berhasil memecahkan logika dalam ceritanya. Kedua, cerita yang berhasil menyihir pembacanya akan memiliki tempat tersendiri bagi pembacanya. Sedangkan bagi para pendengar, cerita itu akan selalu terngiang menjadi inspirasi dan semangat.
Sebagaimana dalam.cerpen, seperti itulah seharusnya cerita dapat tersampaikan kepada pembacanya. Wajar saja, bila masing-masing memiliki sudut pandang berbeda sesuai sengaja tingkat bacaannya. Ketiga, cerita akan jauh lebih sempurna jika mampu menggiring konsumennya kepada kebaikan dan perubahan.
Ketika guru sedang bercerita di kelas, tak ayal satu ketertiban otomatis terjadi para siswa dengan tenang mendengarkannya. Seusai bercerita, guru kemudian menjelaskan pesan dan amanat yang diusung dalam sebuah cerita. Akhirnya, para siswa pun mendapatkan kemanfaatan ganda, yaitu belajar memahami suatu cerita satu lagi bisa mendapatkan pesan tersirat dari cerita. Kedua manfaat ini dapat dirasakan para pendengar atau pembaca, manakala ceritanya sempurna. Jika tidak sempurna, setidaknya memuaskan standar kesempurnaan sebuah cerita.
Oleh karena itu, bercerita itu harus sempurna. Jangan asal baca, dan asal disampaikan. Paling tidak harus ada penghayatan dulu sebelum disampaikan. Supaya, nanti di tengah penyampaiannya tidak hanya semata-mata pelajaran. Jika dituntut demikian, penyaji sebuah cerita akan bersiap terlebih dahulu sebelum menyampaikannya. Padahal, secara garis besar sebuah cerita itu hanya berupa informasi fiktif. Atau jika itu non fiksi pasti hanya berkutat terkait Bab dan Sub Bab mata pelajaran.
Inilah yang terkadang membosankan. Dan rasanya ingin lekas menyudahi cerita saat dibaca. Ketika telah sampai pada kalimat penting, biasanya enggan untuk menyelesaikannya. Penyakit lama, selalu mencari yang enak saja tanpa mau berkorban untuk membaca keseluruhannya. Sekali lagi, bercerita itu selalu ingin yang sempurna. Pembacanya pun demikian. Jika cerita itu tidak sempurna, seperti biasa hujan kritik selalu melingkupi penulisnya. Akibatnya, inilah tuntutan terhadap diri sendiri jika cerita itu harus sedikit sempurna. Gunanya, agar nanti menerima perintah untuk bercerita, kesiapan akan jauh lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day_7
Komentar
Posting Komentar