Langsung ke konten utama

3 Syarat Menjadi Orang Beruntung

Oleh: Fattah Alfarhy

Manusia tercipta sebagai makhluk yang paling indah. Kedudukannya di depan makhluk lainnya menjadi sangat mulia. Itu karena ia memang diciptakan untuk satu proyek jangka panjang. Salah satunya, Allah mempersiapkannya untuk menjadi khalifah. Dengan segala kelengkapan bekal yang dimiliki, manusia diberikan mandat untuk meramaikan dan mengatur bumi ini.

Manusia merupakan makhluk yang berakal. Inilah satu hal membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal tersebut, ia akan mampu berpikir dan merenungkan apa yang terbaik untuk dilakukannya. Akal tersebut juga digunakan untuk menuntunnya memilih mana yang baik dan buruk. Sehingga, ia mampu menempatkan posisinya menurut tempat dan zamannya.

Sebenarnya predikat manusia itu cuma ada dua. Manusia beruntung dan manusia rugi. Dua predikat itu juga bisa dijadikan tujuan seorang manusia dalam menjalani kehidupan ini. Allah telah menciptakannya bukan untuk satu hal yang sia-sia. Tetapi, manusia diciptakan agar ia mampu berlomba-lomba dalam kebaikan. Agar suatu saat ia memperoleh hasil dari sekian kebaikan yang ia tanamkan.

Dalam Al-Qur'an terdapat satu surah yang mengisahkan tentang manusia paling rugi. Kerugian itu tidak didasarkan atas kemiskinan yang melandanya. Pun juga tidak karena sempitnya kesempatan yang dimiliki. Akan tetapi, kerugian itu terjadi karena kelalaian manusia yang tidak mampu mengoptimalkan fungsi akalnya.

Adalah surah Al-'Ashr yang seakan menjadi pengingat setiap manusia yang masih hidup saat ini. Surah ini hanya terdiri dari tiga ayat saja. Akan tetapi, pesannya sangat dalam dan memuat pesan tersirat untuk bekal kehidupan. Dari ketiga ayat tersebut kita dapat belajar tentang kiat-kiat menjadi manusia yang beruntung. Artinya, jika kita mampu untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya, kita akan berhasil meraih predikat manusia beruntung. Lalu apa saja pesan surah yang diawali dengan kalimat sumpah tersebut?

Setelah diawali dengan sumpah, ayat selanjutnya menegaskan bahwa semua manusia berpotensi mengalami kerugian. Itu tersebab atas kelalaian dan kekhilafan yang sering ia lakukan. Karena itu, ayat ketiga surah ini memberikan peringatan sekaligus tuntunan tentang cara atau syarat menjadi manusia beruntung. Agar nanti selamat dunia dan juga nanti ketika sudah kembali ke negeri keabadian.

Setidaknya ada 3 pelajaran yang dapat diambil dari surah pendek ini. Pertama, perintah beriman. Atas landasan iman. seseorang akan merasa bahwa hidupnya untuk Allah. Dia akan berasa bahwa hidup itu dari Allah, oleh Allah dan akan kembali kepada Allah. Dengan iman tersebut seseorang akan setia untuk senantiasa dalam jalan kebaikan. Kedua, beramal sholeh. Amal sholeh merupakan pelengkap iman. Setelah beriman dan menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan Allah, ia melengkapi hidup dengan senantiasa berbuat kebaikan.

Ketiga, berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran. Seseorang yang hidup di dunia berada di antara dua pilihan, yaitu kebenaran dan kesesatan. Jalan kebenaran inilah yang harus senantiasa menjadi pengingat antara kita masing-masing agar tidak tersesat. Selain itu, hidup akan selalu diliputi cobaan dan ujian. Maka, kesabaran adalah kuncinya. Sebagai sesama manusia hendaknya saling berwasiat dan mengingatkan tentang pentingnya kesabaran. Karena sabar itu berat, yang tidak pernah ada pelajarannya tapi ujian selalu datang tiba-tiba.

Yogyakarta, 30 September 2018

#KomunitasODOP
#ODOP_6
#Day_26

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...