Langsung ke konten utama

Dari Satu Huruf itu Menulis Dimulai

Oleh: Fattah Alfarhy

Kecakapan orang itu berbeda-beda. Ada yang sangat cakap berpidato. Ketika dia ceramah atau presentasi, seakan-akan menyihir para pendengarnya. Seakan-akan dalam setiap kalimat yang terucap adalah hikmah. Semuanya menjadi logika penuh dengan ilmu. Sangat sayang untuk dilewatkan walau itu cuma satu kalimat saja.

Di sisi lain, ada pula yang cakap dalam kepenulisan. Tiap ada ide ditulis. Dari huruf per huruf menjadi kata. Dari kata per kata terangkai menjadi kalimat hingga berkumpul jadi satu paragraf. Jika itu konsisten dilakukan tiap hari, akan menjadi buku yang siap dicetak. Namun, kecakapan itu sangat jarang dikuasai oleh semua kalangan. Padahal, sejatinya pelajaran di sekolah dasar adalah membaca dan menulis. Entah sudah lupa caranya atau bahkan sangat malas melakukan keduanya saat sekolah dulu.

Kata orang menulis itu sulit. Wajar, untuk pemula berkata begitu. Seringkali terjadi kemandekan ide saat lagi mood menulis. Itu juga menjadi salah satu sifat yang wajar. Dan barangkali satu alasan yang tepat mewakili hal-hal itu adalah rasa malas. Orang malas itu wajar. Akan menjadi tidak wajar dan penuh adegan jika ada orang malas-malasan. Malas saja kok dibuat-buat. Maka, untuk mengatasi itu perlu adanya pembaruan niat dan kemauan. Komitmen untuk setia merangkai kata, menyusun kalimat dan menulis dalam paragraf-paragraf.

Sekali lagi perlu diingat, menulis itu bukan soal bakat bawaan. Kalau memang demikian, setiap keturunan penulis akan menjadi penulis. Meskipun ada, tapi nyatanya tidak semuanya. Menulis itu soal konsisten merangkaikan satu huruf per huruf. Dari satu huruf akan menemukan makna dalam paragraf yang tersusun dan menjadi sebuah tulisan. Sehingga, kemanfaatan itu kembali pada permulaan satu huruf.

Dengan demikian, menulis itu soal eksistensi diri yang mencoba untuk selalu berusaha dan berusaha. Tidak boleh patah arang, atau mengenal lelah sedikit pun jika dalam sehari tidak dan belum sempat menulis. Sekali lagi, semua tulisan itu berasal dari satu huruf. Dan kata menjadi alirannya, hingga bermuara dalam paragraf yang akhirnya sampai pada lautan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk setiap orang pembacanya.

Yogyakarta, 28 September 2018

#KomunitasODOP
#ODOP_6
#Day_22

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...