Oleh: Fattah Alfarhy
Tidak dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk pemikir. Manusia memiliki kemampuan berpikir karena dibekali akal. Keberadaannya di dunia ini menjadi khalifah yang bertugas mengatur bumi dan meramaikannya. Maka, tidak heran jika begitu berat tugas yang diembannya. Lalu bekal apa yang perlu dimiliki manusia? Apa cukup hanya keberanian dan kesanggupan saja?
Tentunya, keberanian tidak cukup. Kesanggupan saja tidak menjamin kestabilan keadaan bumi ini. Karena itu, manusia perlu dan harus memiliki ilmu. Adanya ilmu merupakan wujud dari kebenaran-kebenaran yang menjadi hasil dari penelitian, pengalaman dan juga hukum dari kitab suci. Ilmu inilah yang wajib dipelajari seorang manusia untuk bekal tugas kekhalifahan di bumi ini. Sehingga, dalam mengatur dan bertindak sebagai khalifah itu benar-benar berdasarkan kebenaran semata.
Manusia disebut juga sebagai makhluk pembelajar. Sejak dilahirkan ke dunia, keberadaannya sudah dituntut untuk mencari ilmu. Diharapkan setelah memiliki ilmu, tugasnya akan semakin ringan dan lebih bermakna. Amal yang didasarkan kepada ilmunya akan lebih berkah dalam nilai pahalanya. Kalau beramal cuma ngasal, yang ada cuma lelah dan sanjungan manusia. Maka, manusia wajib belajar untuk mendapatkan ilmu yang akan diterapkan.
Jika beramal tanpa ilmu, yang ada akan sia-sia. Sudah tidak berhasil, tidak berpahala pula. Jangan sampai seorang muslim sejati mengalami hal demikian. Sebab sangat disayangkan jika itu terjadi kepada umat Muhammad Saw. di mana Islam yang merupakan penyempurna agama-agama sebelumnya. Seorang muslim harus memiliki semangat belajar tinggi, guna mendapatkan ganjaran lebih baik dari amal kebaikan yang akan dilakukan.
Batas belajar seorang manusia adalah kematian. Selama belum menghembuskan nafas terakhir, seorang muslim sejati harus banyak belajar. Kapan pun, dimanapun dan dalam keadaan bagaimana pun. Belajar itu tidak ada ruginya. Ketika seseorang telah belajar dan mendapatkan ilmu, akan diangkat derajatnya langsung oleh Allah. Ini baru satu nilai kemuliaan seorang ahli ilmu. Kalau sudah begitu, masih menolak untuk belajar hari ini?
Belajar itu sebenarnya tidak terikat waktu. Selama manusia hidup di dunia ini, saat itu pula kewajiban untuk belajar. Apalagi jika harus mengurus dan meramaikan bumi yang telah diamanatkan oleh Alah, manusia sangat wajib dan wajib untuk belajar dan mendapatkan ilmu untuk ke depannya. Sehingga, tidak ada belajar itu nunggu dan menunda. Karena, hakikat belajar sesungguhnya adalah setiap saat.
Yogyakarta, 16 September 2018
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day_13
Komentar
Posting Komentar