Oleh: Fattah Alfarhy
Kegiatan yang tidak boleh terlewatkan selain makan sebagai asupan gizi badan, adalah membaca dan menulis untuk asupan gizi jiwa dan pikiran. Buku menjadi teman terbaik di saat kesepian. Ketika dalam kesunyian, sendiri dalam perjalanan buku akan menemani. Kalau pun lapar seringkali datang tiba-tiba, buku tidak pernah habis untuk dibaca. Beda dengan makanan yang pasti habis setelah dimakan. Buku yang selesai dibaca tidak akan pernah habis untuk diceritakan sebagai ilmu yang abadi.
Membaca merupakan salah satu kegiatan positif yang tidak boleh ditinggalkan. Membaca buku adalah cara terbaik untuk mengumpulkan informasi dan membuka jendela dunia di depan mata. Sesuatu yang tidak pernah nampak, jadi terlihat setelah mendapatkan ilmunya pada suatu bacaan. Kabar tentang seseorang menjadi gamblang, setelah membaca surat yang dikirimkan. Bahkan, membaca al-Qur'an bisa memberikan kesejukan dan kedamaian bagi jiwa yang kering kerontang.
Uraian di atas merupakan bentuk cara membaca yang bisa dilakukan. Kegiatan membaca dengan beragam bentuk dan obyeknya akan menciptakan suasana tersendiri dalam hati. Alhasil, membaca dapat menciptakan gizi tersendiri bagi jiwa dan pikiran seseorang. Maka, membaca harus menjadi pengalaman yang terbaik untuk cerita di masa depan. Di sisi lain, membaca juga memberikan jalan terbaik untuk menuju jalan yang penuh kebaikan. Membaca akan menghasilkan ilmu, sementara cerita akan membawa hati dalam rasa lega.
Namun demikian, membaca belum dapat dikatakan cukup. Ketika orang banyak membaca, bisa jadi akan banyak lupanya. Kalau sedikit membaca, tidak banyak tahu dan sedikit yang dilupakan. Karena itu, untuk mengikat hasil bacaan tersebut, menulis merupakan cara terbaik. Tulisan menjadi satu hunian paling pas untuk sekian bacaan yang telah direkam sepasang mata. Daripada kebingungan mengingatnya saat ditanya, bukannya lebih baik mengikat hasil bacaan dalam tulisan.
Menulis tidak mungkin menunggu ketika kondisi hati sedang tenang. Tidak mungkin menunggu ketika mood enak dan kesempatan lebih luas. Akan tetapi, menulis adalah keniscayaan setelah membaca sekian informasi dalam buku maupun sumber bacaan lainnya. Sehingga, membaca menjadi satu hal yang penting tanpa meninggalkan menulis untuk mengikat dan menghimpun hasil bacaannya. Menulislah, sebelum namamu dibaca untuk terakhir kali tertulis di batu nisan.
Yogyakarta, 19 September
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day_14
Komentar
Posting Komentar