Langsung ke konten utama

Menunggu itu Emas

Oleh: Fattah Alfarhy

Setiap orang tentu merasakan satu pekerjaan yang bernama menunggu. Mulai menunggu seseorang, menunggu janji ditepati, sampai menunggu keputusan atas pilihan. Menunggu itu, antara kita atau tidak. Dilanjutkan atau berhenti saja. Menunggu seringkali menuntut kepastian. Sebelum memutuskan, menunggu harus dilakukan agar tidak kecewa di belakangan.

Menunggu itu butuh waktu. Berkaitan dengan lama dan sampai kapan tidak tentu berakhirnya. Seseorang yang telah berusaha menunggu, sebenarnya dia tengah belajar tentang arti sebuah kesabaran. Sabar itu berkaitan erat dengan setia. Menunggu harus setia. Menunggu butuh kesabaran. Karenanya, orang sabar dicintai Allah. Sebab itu, bersabar itu akan mendapat pahala tak terhingga dari Allah Swt.

Orang menunggu makanan pesanannya, tak cukup menahan lapar saja. Sabar dan setia untuk mendapatkan hidangan yang dipilihnya mutlak dilakukan jika ingin menikmati hasil olahan si tukang masaknya. Jika tak kunjung tahan dengan kesabarannya, bisa saja pergi meninggalkan pesanannya. Tapi, karena kesabaran dan setia kepada makanan pesanannya, orang tersebut rela menunggu sejenak untuk kemudian menyantapnya.

Menunggu bus itu menjengkelkan, yang oleh sebagian orang pernah mengatakannya. Sudah terburu-buru ke halte, tak tahunya bus yang ditunggu tak kunjung datang. Akibatnya, terpaksa untuk hari ini telat lagi sampai di sekolah. Lalu, apakah harus selalu marah-marah menyikapi hal yang demikian ini? Adakalanya perlu mendinginkan kepala sejenak untuk menunggu dan berfikir positif. Yakinlah, semua akan ada hikmahnya.

Oleh karena itu, menunggu itu mulia. Kesanggupan melakukannya penuh kesabaran bagaikan emas. Penghargaan yang setimpal atas kesabaran yang dilakukan tidak dapat dihargai secara cuma-cuma. Pahala orang yang sabar tidak akan tertandingi oleh barang berharga apapun. Ketinggian nilainya ibarat emas yang menjadi batu mulia atas bebatuan lainnya. Orang yang sanggup menunggu, sebenarnya tengah belajar kesanggupan bersabar yang tiada batasnya. Ibarat mengayuh sepeda, tidak pernah berhenti sebelum garis akhirnya.

Alangkah sedikitnya orang yang mampu melakukan hal demikian. Di sisi lain, menunggu telah melatih hati untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Tanpa bersabar, mana mungkin akan bersyukur. Pantaslah, bila sedikit sekali orang-orang yang pandai bersyukur atas nikmat yang didapatkannya. []

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day_5

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...