Langsung ke konten utama

Sirah Ramadhan (2)

Oleh: Fattah Alfarhy

Sudah hampir sepekan Ramadhan hadir di tengah-tengah kaum muslimin. Rasa rindu itu terobati dengan kedatangannya. Dua bulan lalu masih sering berdoa agar disampaikan usianya di bulan Ramadhan. Kini telah sampai masa untuk bersamanya. Siang malam harus menjadi ibadah untuk menanam pahala. Shalat tarawih, ibadah puasa dan amalan-amalan sunnah lainnya sepatutnya memenuhi hari-hari yang akan berlangsung sebulan ini.
Sudah sejauh ini dia bersama kita. Sadar tidak sadar waktu akan terus berjalan meninggalkan Ramadhan. Jika tidak memanfaatkannya akan tertinggal dalam kerugian. Keuntungan hanya didapat dari hidangan, bukan berupa pahala Tuhan. Ramadhan datang membawa kemuliaan, keberkahan serta ampunan. Menjadi satu kesempatan emas untuk memperbaiki segala amalan ibadah selama ini.
Rasulullah Saw. bersabda:
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار وصفدت الشياطين. رواه مسلم عن أبي هريرة
"Jika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka akan ditutup dan setan-setan akan dibelenggu." HR. Muslim dari Abi Hurairah.
Kedatangan Ramadhan benar-benar membawa keberkahan yang sangat besar. Hadis tersebut menjadi pertanda betapa mulianya bulan ini. Pintu surga terbuka lebar menjadikan banyak sekali amal kebaikan untuk beribu pahala. Segala kebaikan lebih mudah untuk dilakukan di bulan ini untuk menggapai takwa. Maka, surga menjadi idaman para pencinta Ramadhan dengan segala upaya dalam kuatnya iman.
Sebaliknya, pintu neraka ditutup menandai berkurangnya maksiat. Dosa yang merupakan akibat maksiat menjadi lebih sedikit. Karena kesempatan untuk melakukannya ditutup. Nafsu dan kerakusan ditolak dengan menahan diri selama berpuasa. Keduanya menjadikan pintu dosa tertutup dan sangat kecil kesempatannya.
Semula yang boleh dilakukan saat siang hari ditunda dengan adanya puasa. Tidak makan, tidak minum dan menahan segala larangan saat berpuasa akan memelihara jiwa dari segala penyakit hati. Rasa dengki, sifat rakus dan arogan menjadi lenyap karena lapar. Karena itu, menunda kenyang dalan keadaan perut kosong seharian akan sangat berpengaruh bagi pemeliharaan diri dari sifat-sifat tercela.
Setan menjadi terbelenggu dan tidak leluasa untuk mengganggu manusia saat bulan Ramadhan. Karena pada hakikatnya setan itu hadir berkaitan erat dengan penjagaan nafsu dalam diri. Saat seseorang mampu menjaga dirinya dari segala godaan makanan dan minuman, dia telah berhasil menutup kesempatan setan untuk menggodanya. Namun, saat nafsu tidak dapat ditaklukkan olehnya menjadikan setan lebih terbuka kesempatannya untuk mengajak orang berbuat dosa.
Andai saja puasa itu bukan saja dipahami sebagai ibadah tahunan, seseorang akan sangat berhati-hati menjalankan hukum-hukumnya. Sayangnya, masih sedikit yang mau belajar dan peduli dengan ketidakpahaman yang menjadikan puasa hanya sebatas menahan lapar dan dahaga. Sejak Subuh hingga Magrib tidak makan dan minum, namun masih saja tergoda dengan aneka maksiat hati dan pikiran.
Dengan demikian, memanfaatkan terbukanya pintu surga adalah kesempatan. Menahan diri saat pintu neraka ditutup harus guyub. Dan melawan diri saat setan terbelenggu akan menuntun ke segala kemuliaan di bulan ini. Saling mengingatkan, saling mengabarkan dan saling menghargai untuk ibadah mulia di Ramadhan suci. Mari belajar, mari bersabar dan menjadi sadar.

Sebatik, 01 Juni 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...