Langsung ke konten utama

Sirah Ramadhan (3)

Oleh: Fattah Alfarhy

Berpuasa tiap hari sungguh ibadah yang mulia. Ramadhan yang mulia sangat bernilai berkahnya. Setiap orang menanti cucuran rahmat dari Allah. Segala waktu di bulan ini dipenuhi pahala bagi orang-orang yang punya semangat penuh takwa. Namun, sayang jika ibadah yang dilakukan sudah berhari-hari ini bakal sia-sia. Bagaikan amalan tanpa arti meninggalkan jejak kehidupan yang merugi.

Orang berpuasa itu menahan lapar dan dahaga. Kelaparan yang dirasakannya menjadi pertanda ibadah yang betul-betul dijalankan. Lain ceritanya, jika seseorang berpuasa pada siang harinya dipenuhi tidur saja. Kalau memang begitu anak kecil pun bisa. Selain itu, menahan diri dari gejolak nafsu yang membara juga menjadi bagian penting dari puasa. Karenanya puasa itu memerlukan ilmu dan tata cara. Tidak asal ikut-ikutan teman atau demi menjaga kehormatan di hadapan calon mertua.

Rasulullah Saw. bersabda:

رب صائم ليس من صيامه إلا الجوع ورب قائم ليس من قيامه إلا السهر

"Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapat (pahala) kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang-orang yang shalat malam tetapi tidak mendapat apa-apa kecuali hanya begadang saja." HR. Nasai

Hadis di atas menjadi peringatan kepada kita semua bila berpuasa itu bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum belaka. Lebih jauh lagi seorang berpuasa harus mengerti dan paham tentang syarat dan ketentuan yang berlaku di dalamnya. Hukum-hukum yang berkaitan dengannya menjadi satu hal yang wajib dipelajari. Jika tidak menjalankan ketentuan yang berlaku rasanya orang itu bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Sangat rugi puasanya jika hanya merasakan lapar dan dahaga semata. Nilai dan hikmah puasa tidak didapatkan karena dia tidak berhasil memaknai ibadah tersebut.

Di dalam puasa terkandung nilai dan hikmah yang begitu dalam bagi orang-orang menjalankannya. Tanpa dipelajari fikih puasa sejak dini tentu seseorang hanya melakukan ibadah sia-sia. Maka, ada benarnya dengan fenomena ini sabda Rasullah Saw. yang menyatakan bahwa:

"Satu orang ahli ilmu lebih ditakuti setan daripada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu)." HR. Ibnu Majah

Betapa pentingnya belajar tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa. Setiap hal yang dilakukan oleh seseorang pasti ada ilmunya. Maka, kita tidak boleh mengabaikan segala ketentuan yang berlaku di dalamnya. Agar ibadah yang dijalani tetap bernilai dan mendapat pahala. Mari banyak belajar, mengikuti kajian dan sering bertanya demi menjaga keutuhan nilai ibadah.

Ramadhan yang bertaburan berkah ini jangan sampai hanya dijadikan momen untuk menggugurkan kewajiban saja. Hanya ibadah wajib yang dijalankan. Ibadah puasa dilakukan setiap hari, namun tidak shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an dan meninggalkan amalan-amalan sunnah lainnya. Ibarat seorang anak TK yang baru belajar berpuasa, tarawih semaunya. Kalau sempat baru mengikuti shalat tarawih. Delapan rakaat saja malas, apalagi dua puluh rakaat rasanya lututnya mau copot. Orang-orang demikian tergolong pemalas dalam menjalankan ibadah di bulan mulia ini.

Sayang sekali, bila di bulan yang bertebaran banyak hikmah dan pahala ini tidak mampu meraih keutamaan sebanyak-banyaknya. Nanti jika sudah ditinggalkan bulan ini baru menyesal di kemudian hari. Karena tidak berhasil menanam segala kebaikan di dalamnya. Untuk menggapai segala keutamaan di bulan ini, perlu dievaluasi lagi keikhlasan niat dalam hati. Sebagai pelengkap kesempurnaan bulan ini harus ada peningkatan kualitas segala ibadah. Tak pandang itu shalat, tilawah dan puasanya harus selalu diperbaiki dari hari ke hari.

Semoga kita tidak termasuk ke dalam dua golongan di atas. Seiring dengan tantangan dan ujian zaman ini, harus diimbangi dengan semangat dalam diri untuk selalu belajar dan mengevaluasi diri. Harapan besarnya adalah rahmat dan ampunan Allah dapat diraih di bulan ini. Predikat bertakwa dapat disematkan bagi orang-orang berniat suci dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini.

Sebatik, 03 Juni 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...