Oleh: Fattah Alfarhy
Berpuasa tiap hari sungguh ibadah yang mulia. Ramadhan yang mulia sangat bernilai berkahnya. Setiap orang menanti cucuran rahmat dari Allah. Segala waktu di bulan ini dipenuhi pahala bagi orang-orang yang punya semangat penuh takwa. Namun, sayang jika ibadah yang dilakukan sudah berhari-hari ini bakal sia-sia. Bagaikan amalan tanpa arti meninggalkan jejak kehidupan yang merugi.
Orang berpuasa itu menahan lapar dan dahaga. Kelaparan yang dirasakannya menjadi pertanda ibadah yang betul-betul dijalankan. Lain ceritanya, jika seseorang berpuasa pada siang harinya dipenuhi tidur saja. Kalau memang begitu anak kecil pun bisa. Selain itu, menahan diri dari gejolak nafsu yang membara juga menjadi bagian penting dari puasa. Karenanya puasa itu memerlukan ilmu dan tata cara. Tidak asal ikut-ikutan teman atau demi menjaga kehormatan di hadapan calon mertua.
Rasulullah Saw. bersabda:
رب صائم ليس من صيامه إلا الجوع ورب قائم ليس من قيامه إلا السهر
"Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapat (pahala) kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang-orang yang shalat malam tetapi tidak mendapat apa-apa kecuali hanya begadang saja." HR. Nasai
Hadis di atas menjadi peringatan kepada kita semua bila berpuasa itu bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum belaka. Lebih jauh lagi seorang berpuasa harus mengerti dan paham tentang syarat dan ketentuan yang berlaku di dalamnya. Hukum-hukum yang berkaitan dengannya menjadi satu hal yang wajib dipelajari. Jika tidak menjalankan ketentuan yang berlaku rasanya orang itu bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Sangat rugi puasanya jika hanya merasakan lapar dan dahaga semata. Nilai dan hikmah puasa tidak didapatkan karena dia tidak berhasil memaknai ibadah tersebut.
Di dalam puasa terkandung nilai dan hikmah yang begitu dalam bagi orang-orang menjalankannya. Tanpa dipelajari fikih puasa sejak dini tentu seseorang hanya melakukan ibadah sia-sia. Maka, ada benarnya dengan fenomena ini sabda Rasullah Saw. yang menyatakan bahwa:
"Satu orang ahli ilmu lebih ditakuti setan daripada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu)." HR. Ibnu Majah
Betapa pentingnya belajar tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa. Setiap hal yang dilakukan oleh seseorang pasti ada ilmunya. Maka, kita tidak boleh mengabaikan segala ketentuan yang berlaku di dalamnya. Agar ibadah yang dijalani tetap bernilai dan mendapat pahala. Mari banyak belajar, mengikuti kajian dan sering bertanya demi menjaga keutuhan nilai ibadah.
Ramadhan yang bertaburan berkah ini jangan sampai hanya dijadikan momen untuk menggugurkan kewajiban saja. Hanya ibadah wajib yang dijalankan. Ibadah puasa dilakukan setiap hari, namun tidak shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an dan meninggalkan amalan-amalan sunnah lainnya. Ibarat seorang anak TK yang baru belajar berpuasa, tarawih semaunya. Kalau sempat baru mengikuti shalat tarawih. Delapan rakaat saja malas, apalagi dua puluh rakaat rasanya lututnya mau copot. Orang-orang demikian tergolong pemalas dalam menjalankan ibadah di bulan mulia ini.
Sayang sekali, bila di bulan yang bertebaran banyak hikmah dan pahala ini tidak mampu meraih keutamaan sebanyak-banyaknya. Nanti jika sudah ditinggalkan bulan ini baru menyesal di kemudian hari. Karena tidak berhasil menanam segala kebaikan di dalamnya. Untuk menggapai segala keutamaan di bulan ini, perlu dievaluasi lagi keikhlasan niat dalam hati. Sebagai pelengkap kesempurnaan bulan ini harus ada peningkatan kualitas segala ibadah. Tak pandang itu shalat, tilawah dan puasanya harus selalu diperbaiki dari hari ke hari.
Semoga kita tidak termasuk ke dalam dua golongan di atas. Seiring dengan tantangan dan ujian zaman ini, harus diimbangi dengan semangat dalam diri untuk selalu belajar dan mengevaluasi diri. Harapan besarnya adalah rahmat dan ampunan Allah dapat diraih di bulan ini. Predikat bertakwa dapat disematkan bagi orang-orang berniat suci dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini.
Sebatik, 03 Juni 2017
Komentar
Posting Komentar