Langsung ke konten utama

Karena Takwa Bukan Sekedar Takut

Oleh: Fattah Alfarhy

Secara singkat, takwa berarti rasa takut. Seseorang yang bertakwa berarti takut terhadap kemurkaan Allah, yakni dengan menjalankan perintah Allah SWt. dan meninggalkan larangan-Nya. Karena, sesungguhnya Allah mengetahui isi hati, mengetahui ucapan dan mengawasi semua perbuatan. Takwa merupakan langkah terbaik untuk menghindarkan diri dari kemurkaan Allah Swt. Menjaga diri dari murka Tuhan merupakan salah satu cara untuk bertakwa. Karena, Allah merupakan pencipta, pemberi rizki dan menganugerahkan akal kepada manusia supaya dapat berpikir guna menyelesaikan masalah. 

Ibarat ayah melihat anaknya melakukan pelanggaran, seperti merokok tentu akan takut jika sampai diketahui olehnya dan mendapat ancaman hukuman. Seperti itulah, Allah memperhatikan kita. Walaupun kita tidak melihat Allah, yakinlah Allah selalu memperhatikan segala aktifitas hamba-Nya. Maka, selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya ialah cara terbaik untuk menghindari kemurkaan dan siksaan dari Allah.

Perlu diketahui, bahwa Allah itu memiliki azab yang sangat pedih. Berwaspadalah terhadap murka-Nya, dan jangan sampai terbuai oleh kebijaksanaan-Nya. Karena, siksaan Allah telah disiapkan untuk orang-orang yang bersikap zhalim. Bila siksaan telah menimpa, maka tiada seorang pun dapat menghindar darinya. Oleh karena itu, taat terhadap perintah Allah lebih baik daripada harus menanggung akibatnya kelak.

Di dalam ketaatan kepada Allah, terdapat suatu kenikmatan dan ketenangan. Keduanya, dapat diperoleh setelah melalui berbagai ujian dan cobaan. Ibarat pepatah yang menyatakan, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Jika kesulitan telah berlalu, kesenangan akan datang kemudian. Suatu saat nanti akan disadari betapa pentingnya nasehat guru yang begitu ikhlas disampaikan kepada muridnya.

Sebagai awal, tentu akan terasa melelahkan dan bosan untuk selalu membiasakan ketaatan. Jika sanggup bertahan dan selalu istiqomah, niscaya akan menjadi karakter kebaikan yang melekat dalam diri sendiri. Contohnya, saat kita belajar di SD, belajar membaca dan menulis menjadi satu hal yang tidak menyenangkan. Terlebih lagi dengan adanya tambahan hafalan al-Qur'an yang melelahkan, selalu menjadikan kita berharap segera usai dan bisa bersantai ria. Namun, baru disadari kemudian bahwa kesabaran waktu itu sangat bermanfaat bagi perkembangan diri sendiri. Akhirnya, sekarang lebih mengerti betapa berharganya apa yang telah disampaikan guru kala itu.

Atas pelajaran itulah, seharusnya seorang murid mampu bersikap dan bercermin untuk taat kepada Allah Swt. Tentunya, atas berkat nasehat guru saat itu yang tiada bosan mengingatkan dan memberi semangat untuk selalu taat aturan dan disiplin, sampai suatu ketika sadar bahwa hanya pertolongan Allah dan nasehat guru merupakan kunci sukses masa depan.

Dengan demikian, tidak boleh mengira bahwa Taqwa kepada Allah hanya semata-mata melaksanakan shalat, puasa dan hal lain yang serupa keduanya. Akan tetapi, taqwa justru sangat luas ruang lingkup aplikasinya. Karena, dapat dimulai dari ibadah, dalam pertemanan dengan tidak menyakiti hati di antara mereka, ketika bernegara tidak bekhianat dan bersekutu dengan musuh, dan yang terpenting tidak sampai menyia-nyiakan kesehatan diri sendiri serta berupaya untuk selalu berakhlak mulia. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw.: 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: اتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن .

Rasulullah Saw. bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah di mana saja kamu berada. Iringilah kejelekan dengan kebaikan yang akan menghapusnya. Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik."

Sumber: Kitab Washoya al-Aba' li al-Abna'

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...