Langsung ke konten utama

Bijak itu Belajar dari Mana pun

Oleh: Fattah Alfarhy

"A wise person knows that there is something to be learned from everyone," Anonymous
Seorang bijak selalu dicari orang. Dia juga takkan berhenti belajar pada satu orang saja. Satu masalah baginya tidak cukup ditafsirkan oleh persepsi dari satu sumber saja. Selalu mencari celah untuk mengembangkan sesuatu yang telah dia baca, dengar dan tuliskan. Dia benar-benar seorang pembelajar sejati. Prinsip yang begitu kuat tertanam dalam dirinya. Membaca kesempatan, menajamkan renungan untuk mendapatkan hikmah-hikmah yang masih tersegel dalam ruang kehidupan.

Sebuah nama baginya tidak cukup diartikan sebagai perkenalan. Saling bertukar pengalaman lewat canda dan tulisan selalu dia harapkan. Dia benar-benar sosok penyemangat. Sepatah kata pun baginya menjadi satu hal yang berharga dari siapapun yang dia ajak bicara. Sependek waktu yang dia lalui semakin bermanfaat saat mampu berbagi pemikiran kepada orang lain. Satu hal terpenting ada pada orang ini adalah positive thinking. Sebuah materi yang sepele jika tidak pernah dihargai. Satu hal yang terabaikan jika tak dibiasakan. Kekuatan itulah yang membangun dan menyusun jalan untuk menuju pada buah pemikiran terbaru dari sekian lawan bicara.

Bijak bukan berarti tidak pernah melakukan kesalahan. Dia tidak berarti paling sempurna dalam berkata. Tetapi, dia tidak mengabaikan apa yang didapatnya dari lawan bicara. Setiap hari menjadi bermanfaat baginya. Bukan sekedar menambah ilmu dan informasi. Dia menjadi lebih dewasa dalam menghadapi setiap perbedaan yang dia temukan dari persepsi dan naluri. Kemungkinan-kemungkinan yang awalnya sesak memenuhi pikiran, secara perlahan terbuka berkat sosok-sosok baru yang memberi inspirasi.

Belajar bukan saja harus bertatap muka berhadapan langsung dengan guru. Belajar juga mampu dilakukan secara otodidak. Apa yang dia lihat, dia tangkap dan baca melalui mata menjadi satu ilmu baginya. Saat dia mendengar, diingatnya sebagai bahan renungan. Diulang-ulang dalam getaran memori menjadi sebuah goresan dalam hati. Sesuatu yang tergores sulit hilang dan dihapus sama sekali. Namun, jika tak pernah dibiasakan apalagi diabaikan lama kelamaan pasti musnah diterpa hal-hal baru. Tumpukan demi tumpukan masalah memacu diri untuk lebih selektif memilah mana ilmu dan mana fitnah kehidupan.

Kebijaksanaan tidak dapat dikuasai secara spontan. Dia ibarat aliran air yang selama ini tidak pernah terbendung oleh kesombongan. Bukan karena merendah diri saat bercampur dengan yang lain. Itu semua terjadi saat proses berjalan melatih pendewasaan. Pengalaman berperan membentuk pribadi dan naluri. Perbedaan mengasah pengalaman seseorang untuk bersikap bijak dan tidak ceroboh. Sehingga, semakin lama usia hidup seseorang sangat lazim baginya untuk bersikap lebih bijak daripada mereka yang relatif muda.

Dikatakan, usia 40 adalah masa seseorang untuk lebih bijaksana dalam berpikir, bersikap dan bertindak jalani kehidupan. Maka kesempatan itu harus lebih banyak dimanfaatkan. Bukan bermaksud menggurui mereka para pemuda. Bukan pula untuk mendapatkan julukan 'Si Bijak'. Namun, semata-mata untuk menata kehidupannya menggapai hikmah sebagai makhluk Tuhan. Dia semakin mendekat dan mendekat untuk menggapai ilmu tertinggi dari kebijaksanaan.

Sebagai penutup, kebijaksanaan bukan karena usia semata. Orang menjadi bijak karena beberapa hal yang positif terjadi dalam dirinya. Dia mengerti arti cobaan, apa arti musibah dan kebahagiaan yang silih berganti datang dan pergi. Semua itu dalam rangka menyusun kerangka kebijaksanaan untuk kemudian ditampilkan dalam sebuah karakter seorang bijak. Dia belajar segala sesuatu dari semua orang dan apapun yang dia jumpai. Seakan-akan tiap detik baginya adalah emas yang layak dia bawa ke manapun pergi nantinya.

Selamat Belajar,

Salam Bijak untuk Hidup Lebih Bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...