Oleh: Fattah Alfarhy
Khatam Al-Qur'an sekali kepada seorang guru ngaji adalah sebuah anugerah. Upaya yang dilakukan tidak sia-sia. Berangkat tiap sore menjelang Magrib ke tempat pengajian jadi rutinitas. Selesai menyetor kepada kyai kampung terasa lega. Betapa senangnya usai menyetor bacaan Al-Qur'an tanpa hambatan. Itu semua tidak lepas dari jeri payah belajar di siang harinya. Karena itu, kelancaran membaca Al-Qur'an menjadi satu buah manis kemauan belajar. Jika tiap hari dapat dijalani, Allah pasti memudahkan jalan untuk menguasai kemampuan baca Al-Qur'an.
Dimarah-marah saat belajar Al-Qur'an itu biasa. Mulai ketika belajar di hadapan ibu sendiri sampai ketika di pondok. Belajar di hadapan kyai atau ustadz Al-Qur'an terasa lebih menakutkan. Takut itu muncul karena rata-rata guru Al-Qur'an itu ketat dan galak. Kedengarannya mengerikan, tapi semua tentu demi kedisiplinan dan kebaikan ke depannya. Al-Qur'an itu bukan kitab biasa. Untuk mempelajarinya tidak boleh sembarangan. Ada tata tertib dan hukumnya. Sebelum menyentuh saja harus bersuci, apalagi ketika membacanya harus suci lahir dan batin. Semua itu dalam rangka memuliakan kalam Ilahi yang tertulis dalam mushaf Al-Qur'an.
Kyai Al-Qur'an galak saat mengajar itu bukan karena benci. Tentu saja hal itu dilakukan karena ada maksudnya. Saat permulaan Al-Fatihah sudah belepotan, kyai paham dengan ketidaksungguhannya. Justru dengan bersikap galak macam itu, kyai mengajarkan para santri agar disiplin dan teliti di depan Al-Qur'an. Dalam membacanya harus benar-benar memahami hukum dan rambu-rambu bacaan di Al-Qur'an. Makanya, sebagai santri harus tahu diri saat banyak salah di depan kyainya.
Konon, belajar membaca Al-Fatihah dengan sebenar-benarnya bisa mencapai tiga minggu. Bahkan, ada yang sampai sebulan lebih. Jangan heran jika belajar baca Al-Qur'an kepada kyai hafizh Al-Qur'an itu lebih sulit. Karena begitulah penjaga Al-Qur'an sebenarnya. Selain menjaga ayat-ayatnya, penjaga Al-Qur'an harus menjaga segala hal yang ada di dalamnya. Ingat, jika Al-Qur'an itu dibaca bukan asal bunyi. Tapi, harus betul berdasarkan hukum bacaan yang dikenal tajwid. Itulah aturan baku di dalam membaca Al-Qur'an. Tajwid Al-Qur'an menjadi salah satu hal yang wajib dijaga hafizh Al-Qur'an.
Belajar tajwid itu susah-susah gampang. Semua bergantung kepada kesungguhan dan kemampuan dasar yang dimiliki. Selain kedua hal tersebut, rajin berlatih juga menentukan keberhasilan penguasaan tajwid secara sempurna. Dan memang kesempurnaan itu sulit didapat oleh siapapun. Karena bacaan Al-Qur'an terbaik itu dikuasai oleh Rasulullah Saw. Kalau pun tidak sebaik bacaan pak kyai, paling tidak hukum tajwidnya mengena dan terdengar enak di telinga.
Kalau betul ingin menguasai bacaan Al-Qur'an, jangan hanya berhenti pada penguasaan tajwid saja. Pada dasarnya, ilmu tajwid itu berupa teori yang disusun para ulama terdahulu. Akan lebih penting jika benar-benar dipraktikkan dalan pengajian. Saat setoran Al-Qur'an kepada kyai harus benar dikuasai. Jika tidak mampu tajwid, atau sedikit-sedikit salah bacaan ujungnya pasti berhenti tengah jalan. Dijamin setoran itu gagal walau cuma sampai satu halaman saja. Begitulah hikmah pentingnya ilmu tajwid yang harus dikuasai dalam belajar Al-Qur'an.
Oleh karena itu, kalau ada kyai galak saat mengajar Al-Qur'an tentu ada alasannya. Kemungkinan karena bacaan salah-salah oleh para santri. Bisa karena salah tajwid, tanda berhenti dan tata aturan lainnya. Semua pasti ada hikmahnya. Jangan cuma ngomel-ngomel usai dimarah sama kyai terus lapor sama orang tua. Esok harinya tidak berangkat mengaji lagi. Alasannya jelas, yaitu karena kyainya galak. Lantas orang tua percaya begitu saja, sebab tidak pernah mengajari anaknya sendiri.
Pasti tidak akan ada yang pernah sadar betapa ruwetnya memiliki 100 santri setoran Al-Qur'an semua. Jika Anda orang tua, coba renungkan sebentar kenyataan itu. Punya anak tiga saja sudah pusing ngurusnya. Ini ada 100 anak diajari ngaji semua oleh pak kyai. Betapa mulianya jasa pak kyai Al-Qur'an. Semoga senantiasa diberi kesehatan dan istiqomah mengawal generasi penjaga Al-Qur'an. Bravo pak kyai!!!
Jepara, 11 September 2017
Komentar
Posting Komentar