Langsung ke konten utama

Ujian Dalam Nikmat Al-Qur'an (habis)

Oleh: Fattah Alfarhy

Al-Qur'an tersusun indah dalam segala sisinya yang ada. Ia turun sebagai wahyu terakhir bagi utusan terakhir pula, yakni Muhammad Saw. Kemurnian Al-Qur'an akan senantiasa terjaga di segala tempat sepanjang masa. Oleh Allah bersama orang-orang pilihan, ia menjadi istimewa bagi pemiliknya. Al-Qur'an juga menjadi anugerah terbesar bagi umat sejagat raya. Seruan kebenaran yang terkandung di dalamnya tidak memandang siapa pembacanya. Sehingga, jalan kedamaian akan menghampiri siapa pun yang mendapatinya sebagai petunjuk.

Susunan kalam berkelas yang tiada tertandingi membias bagai mutiara yang mempesona. Siapapun akan terpana oleh keindahannya dalam segala kesempatan. Karenanya, Al-Qur'an tiada duanya dengan yang lainnya. Tiada satu pun makhluk yang mampu menciptakan tandingan baginya. Ia adalah pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Ia adalah petunjuk umat sepanjang masa. Kehadirannya menjadi cahaya penerang segala kegelapan dunia.

Jika Al-Qur'an dibaca bernilai ibadah. Walau tak dimengerti maknanya, pahala akan tetap mengalir bagi pembaca. Dalam keadaan apapun, oleh siapapun yang membaca akan tetap menyandang derajat mulia. Seseorang akan meraih derajatnya sesuai ayat terakhir yang dibacanya. Cepat dan lambat bacaan itu akan selalu bernilai. Membaca Al-Qur'an memberi bahagia dalam jiwa. Kala kesunyian melanda, Al-Qur'an menjadi teman yang sebenarnya. Ia menjadi bacaan mulia yang menembus ruang jiwa.

Bagi sebagian orang, hafal Al-Qur'an bukan semata-mata gelar prestisius. Al-Hafizh yang seringkali disematkan untuk nama seorang penghafal menjadi faktanya. Bukan sekadar gelar yang disandang tanpa ada kelanjutan. Akan tetapi, gelar tersebut menjadi satu tuntutan bagi mereka penghafal Al-Qur'an. Hafal bukan menjadi akhir perjuangan mempelajari Al-Qur'an, melainkan awal untuk perjuangan sesungguhnya. Menghafal itu hakikatnya membacanya berulang-ulang, begitu dan seterusnya. Jadi, perjuangan Al-Hafizh sebenarnya adalah membaca Al-Qur'an secara terus menerus berulang untuk menjaganya.

Membaca Al-Qur'an menjadi salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan Allah. Dengan Al-Qur'an, seseorang bisa lebih dekat dengan Allah. Seakan-akan pembaca Al-Qur'an akan berbicara secara langsung kepada Allah. Sudah sepatutnya seorang muslim harus senantiasa rajin baca Al-Qur'an. Ia yang akan menuntun pembacanya di dunia menuju kedamaian akhirat.

"Seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an diibaratkan buah jeruk, manis rasa dan sedap aromanya. Sedangkan mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an ibarat kurma, memang manis rasanya tapi tiada aroma yang sedap." Begitulah Rasulullah dalam sabdanya telah memberikan satu apresiasi bagi mereka pembaca Al-Qur'an.

Tanpa mengurangi kehormatan para penjaga Al-Qur'an, sebenarnya mereka menanggung tugas berat. Itulah mengapa pahalanya juga melimpah baginya. Allah memberi apresiasi untuk mereka yang begitu gigih siang dan malam membaca dan mengulang Al-Qur'an. Pancaran cahaya Ilahi akan selalu memenuhi ruang yang ada bacaan Al-Qur'an. Sampai-sampai kegelapan tiada lagi di sekitarnya.

Bagaimana pun keadaannya, Al-Qur'an harus tetap terjaga bersama susunan indahnya dan kedalaman maknanya. Siapa yang menjaga kalam Allah, pasti akan terjaga. Namun, di balik itu semua ujian berat menanti pejuang Al-Qur'an. Di balik aneka kenikmatan yang membuncah darinya, ada seribu macam cobaan dari segala sisi dan ruang kehidupan. Itulah sebenarnya ujian dalam nikmat Al-Qur'an. Tanpa dihindari ia akan selalu datang. Meski dilewati tanpa peduli, ia akan selalu mengiringi orang-orang yang ingin meraih kedalaman nikmatnya.

Oleh karenanya, ujian itu akan selalu ada untuk siapa pun. Dalam keadaan terjaga atau tidur pulas ujian akan mengiringi jalan hidup penjaga Al-Qur'an. Kalau ingin mendapat nikmat yang terkandung di dalamnya, maka ada dua kunci pendobraknya. Sabar dan keikhlasan harus menjadi modal utama. Dengan keduanya ujian yang ada akan menjadi sahabat setia. Jika terbiasa dengan ujian, maka nikmat yang besar itu akan datang tanpa diundang. Sehingga, doa menjadi senjata utama. Sementara ikhtiar disertakan untuk mengawal kegigihan hati terhadap segala cobaan.

Jepara, 22 September 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...