Langsung ke konten utama

Ujian Dalam Nikmat Al-Qur'an (4)

Oleh: Fattah Alfarhy

Al-Qur'an yang telah dihafal menjadi tanggung jawab penghafalnya. Muraja'ah --mengulang-ulang-- hafalan itu wajib hukumnya. Jika tidak diulang sampai berakibat lupa orangnya berdosa. Betapa beratnya tanggung jawab mereka. Namun, demikian halnya berat upaya yang dilakukan sebanding dengan pahala yang didapatkannya. Sebegitu besarnya, sampai berlipat ganda. Satu huruf mendapat 10 kebaikan sebagai pahala bacaan Al-Qur'an. Terbayang jika ayat "basmalah" saja sudah 19 huruf, itu berarti dapat 190. Jika dalam sehari saja bisa 1 juz, berapa banyak itu huruf yang bisa dikalikan dengan 10 kebaikan.

Pahala membaca Al-Qur'an itu sangatlah besar. Besarnya itu sebanding dengan berat yang dipikul penjaga Al-Qur'an. Antara pahala dan dosa dipertaruhkan oleh mereka. Jika mereka mau menjaganya secara istiqomah, pahala pasti didapatnya. Jika mereka tidak muraja'ah sampai melupakan kewajibannya, dosa pasti menimpanya. Tentunya, pahala sesuai dengan jeri payahnya. Sebanyak huruf terbaca, sebanyak itu pula akan mendapat pahala. Kalau sudah masuk dalam kehidupan Al-Qur'an, tanggung jawab harus dijalani seberat apapun itu.

Dalam menjalani tanggung jawab besar itu, tentu ada saja godaannya. Godaan itu bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri sendiri. Sebagai contoh godaan dari diri sendiri adalah rasa malas. Selain menjadi sifat manusiawi, malas merupakan penyakit diri yang harus dijauhi. Orang yang terkena malas untuk muraja'ah pasti terasa berat baginya. Bahkan, Gurunda KH. Ali Nurdin pernah mengatakan bahwa malas merupakan salah adzab nyata bagi seorang penghafal Al-Qur'an. Malas menjadi adzab nyata baginya saat masih di dunia. Maka, jalan terbaik adalah selalu memohon untuk diberi hidayah agar mudah dalam muraja'ah.

Contoh godaan lain bagi penghafal Al-Qur'an adalah pergaulan lawan jenis. Gadis cantik bagi pemuda, pun sebaliknya pemuda tampan bagi gadis. Wajar saja jika melihat yang bening-bening jadi tergoda. Hal itu manusiawi, tapi kalau sampai mengalihkan perhatian hafalannya itu jadi masalah. Lebih-lebih lagi, bila sampai membuat lupa daratan bisa jadi "Innaa Lillaah". Semoga tidak sampai begitu parahnya. Begitulah setan yang begitu licik untuk menggoda manusia.

Suatu ketika Abah Hasyim Muzadi pernah ditanya orang-orang terkait keberadaan STKQ Al Hikam. Sekolah ini memang diperuntukkan bagi penghafal Al-Qur'an full 30 juz. Hanya saja masih khusus para penghafal putra saja. Mereka mempertanyakan ketiadaan mahasiswi di STKQ Al Hikam. Dengan agak senyum beliau menjawab, "Kalau dibuka untuk putri, dijamin pada betah mahasiswanya. Tapi, Al-Qur'an yang dibawa mereka itu yang tidak betah." Kedengarannya penuh canda, tapi lugas pesan di dalamnya.

Godaan itu tidak saja perkara jelek saja. Sesuatu yang jelek berupa maksiat misalnya, pasti jelas adanya. Tanpa dicontohkan namanya maksiat itu jelas berdosa. Kedudukannya menjadi penghalang bagi terserapnya ilmu Allah ke dalam diri manusia. Al-Qur'an itu mencakup semua ilmu. Tak mungkin cahaya Allah diberikan kepada ahli maksiat. Jadi, sangat jelas bila segala kemaksiatan menjadi penggoda bagi hafizh Al-Qur'an.

Perkara kebaikan pun bisa menjadi kategori godaan. Jika itu menyebabkan beralihnya perhatian terhadap hafalan, itu harus diperhatikan. Gurunda KH. Mahfuzh Sulaiman menegaskan jika kebaikan pun bisa menggoda orang agar tidak muraja'ah. Jika saja karena mengajar di sekolah, seseorang jadi tidak muraja'ah itu bakal membuatnya berdosa. Dikhawatirkan jika hal tersebut menjadi kebiasaan, Al-Qur'an yang dihafal bisa lupa. Karenanya, sesibuk apapun Anda jika memilki hafalan jangan sampai tidak muraja'ah. Itu sudah menjadi kewajiban yang tidak boleh sembarang ditinggalkan dengan alasan apa saja.

Oleh karena itu, menghafal hari ini dengan besok itu sama saja. Keduanya sama-sama menjadi tanggung jawab yang akan dipikulnya. Godaan itu akan bertubi-tubi datang untuk menguji kesabaran hafizh Al-Qur'an. Baik itu berupa maksiat atau kebaikan sekali pun tetap saja menggoda. Jika gara-gara godaan tersebut menyebabkan lupa hafalan, itu masalah besar. Dosa bakal dipikulnya sendirian. Jika tidak ingin hal itu terjadi, jagalah diri untuk selalu berkumpul dengan para ahli Al-Qur'an. Semoga lantaran mereka proses menjaga Al-Qur'an tetap bertahan dan istiqomah. Amiiin...

Jepara, 15 September 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...