Langsung ke konten utama

Ujian Dalam Nikmat Al-Qur'an (1)

Oleh: Fattah Alfarhy

"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya." QS. Al Hijr [15]: 9

Menjaga Al-Qur'an itu tugas mulia. Ketika ada orang sanggup menjaga Al-Qur'an, dia berarti ikut serta bersama Allah. Ayat di atas buktinya. Allah yang menurunkan Al-Qur'an dan Dia pula yang menjaganya. Di dalam penjagaan itu, Allah melibatkan manusia. Sehingga, Al-Qur'an tidak saja terjaga secara batiniah tapi juga proses lahiriah dilakukan oleh manusia. Semua diupayakan demi menjaga kemurnian isi dan kandungan Al-Qur'an.

Setiap penjaga Al-Qur'an pasti bukan orang sembarangan. Dan juga otomatis dia satpam pilihan Allah. Mereka dikenal sebagai Huffazh Al-Qur'an. Kata Huffazh itu jama' dari mufrad Hafizh, yang berarti penjaga. Ada pula yang berarti penghafal. Kedua makna itu bisa terjadi karena konteks kalimatnya. Jadi, Hafizh Al-Qur'an itu simpelnya penjaga Al-Qur'an. Dengan menghafalkan Al-Qur'an itu menjadi satu langkah awal untuk bersama Allah.

Indonesia dikenal sebagai negara mayoritas muslim. Oleh KH. Hasyim Muzadi pada satu kesempatan menyatakan Indonesia pula negara dengan penghafal Al-Qur'an terbesar dunia. Kalau masih ragu dihitung saja sendirian. Dijamin sebulan tidak akan selesai. Arab Saudi saja berada di peringkat keempat terbanyak kalau tidak salah. Itu artinya Indonesia luar biasa sebagai pencetak kader tentara Allah. Di tangan mereka ada harapan besar kemurnian Al-Qur'an bakal terjaga.

Dalam mengenal Al-Qur'an seseorang tidak lepas dari belajar membacanya. Mulanya, orang-orang yang ingin pandai baca Al-Qur'an mempelajari metode dalam mengenal huruf dan bacaan penggalan dari Al-Qur'an. Indonesia sampai saat ini telah melahirkan banyak metode untuk memudahkan para pemula. Melalui perantara metode itulah, para pelajar pemula mengenal Al-Qur'an.

Proses belajar yang teramat panjang akan dilalui secara berbeda bagi tiap orang. Setiap orang akan mengalami suatu etape unik ketika belajar Al-Qur'an. Mulai dari lisan yang suka nyangkut, nyebut huruf hijaiyah belepotan, masalah dialek kedaerahan dan banyak lagi persoalan lainnya. Semua masalah yang terjadi di lapangan akan mengesankan para pelaku masing-masing. Sehingga, pengalaman tersebut akan menjadi nasihat terindah saat kelalaian menghampirinya.

Pada mulanya, orang akan bilang susah ketika mulai belajar. Hal ini umum terjadi dalam pelajaran apapun. Ibarat bayi yang baru belajar jalan, jatuh bangun itu biasa. Begitu pun adanya kepada pembaca Al-Qur'an. Lidah kaku, tidak fasih mengucap huruf, lupa-lupa ingat hukum bacaan itu akan menjadi penyedap waktu belajar. Tanpa putus asa perjuangan itu akan membuahkan hasilnya.

Ada seorang anak kecil yang susah betul disuruh belajar Al-Qur'an. Sebagai orang tua harus bersabar. Karena mendorong anak untuk belajar Al-Qur'an itu memang berat. Terlebih lagi jika orang tua sendiri memang kurang memberi teladan bagi anaknya. Maka, anak yang malas belajar Al-Qur'an itu jelas ada penyebabnya. Salah satu yang perlu dilakukan adalah memberi motivasi tentang rahasia yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Barangkali itu dapat memberikan pemahaman awal tentang pentingnya belajar Al-Qur'an.

Sejak awal mulanya, Al-Qur'an itu sudah menjadi ujian. Utamanya bagi para pemula yang ingin mendalaminya. Para hafizh Al-Qur'an yang tersebar di seluruh nusantara pasti mengalami hal yang kurang lebih sama. Permulaan yang cukup berat pernah dirasakan mereka. Beragam cerita pasti  dialami sesuai dengan kadar kesulitan dan kegigihan perjuangannya. Semua menjadi satu proses yang menarik untuk dikaji. Kalau pun ada yang masih berpandangan negatif terhadap mereka, itu manusiawi. Hal itu bisa saja timbul karena rasa iri seseorang.

Oleh karena itu, belajar Al-Qur'an itu menjadi awal mula proses menjaganya. Belajar itu melibatkan guru dan murid. Dalam hal ini guru--yang mengajar alif, ba, ta dan sejenis metode baca Al-Qur'an lainnya--memiliki kedudukan sangat mulia. Di tangan merekalah para penjaga Al-Qur'an dilahirkan. Ingat dan doakanlah mereka agar selalu sehat dan istiqomah berjuang meniti kesabaran untuk ikut serta menjaga Al-Qur'an. Sementara murid terbaik akan selalu mengingat titah dan nasihat guru dalam keadaan apa pun.

Jepara, 10 September 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...