Langsung ke konten utama

Apapun Alasannya, Menulislah!

Oleh: Fattah Alfarhy
Sumber: kompasiana.com
"Menulislah dengan alasan apapun asal bukan untuk meremehkan," (Stephen King).
Setiap kali ingin menulis pasti datang rasa malas. Baru menulis satu kata, tiba-tiba badmood. Ada saja ketika baru dapat satu paragraf, kekuatan untuk merangkai kata pun melemah. Semua itu merupakan alasan yang sudah jamak dirasakan oleh penulis pemula. Mereka semua merasakan hal tersebut dan diulang secara terus-terusan tanpa berpikir cara agar tidak mengulang hal yang sama.

Seseorang yang telah mengalami rasa malas, untuk berbuat apapun tentu susah. Rasanya berat walau untuk mendongakkan kepala dan menggerakkan tangan pada secarik kertas atau keyboard. Seakan-akan stok kata dalam otaknya telah habis akibat dikontrol delete oleh rasa malas. Padahal, jika dipahami secara benar rasa mala situ muncul dari diri sendiri. Maka, yang bisa mengatasi hal itu juga diri sendiri. Mala situ tetap malas. Dikatakan penyakit bukan, dibilang perasaan juga bukan. Akan tetapi, mungkin lebih tepatnya menjadi musuh dalam selimut. Walaupun tidak nampak seringkali menjatuhkan tuannya pada waktu yang tidak terduga.

Di kesempatan lain, badmood menjadi satu penghalang yang menakutkan. Datangnya tiba-tiba dan bahkan tiada tanda-tanda atau gejala apapun. Seluruh rencana tulisan yang sudah terpikirkan sedari tadi lenyap oleh bad mood. Keesokan harinya, mencoba menunggu lagi mood enak. Ternyata tidak juga datang. Ujung-ujungnya gagal lagi menulis, karena yang ditunggu tidak juga muncul. Untuk mengatasi mood buruk semacam ini, perlu ada semacam latihan. Utamanya adalah latihan memaksa diri. Karena apapun kejadian dan alasannya menulis tetap harus dikerjakan. Lebih-lebih kalau itu tugas dari sekolah, kampus atau grup kepenulisan yang selalu mengerjar deadline. Kalau bad mood itu dipelihara pasti nanti ujungnya kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali waktu yang berlalu dan meninggalkan kita.

Oleh karena itu, sebisa mungkin apa yang melintas di pikiran segera dituliskan. Agar tidak terjadi beban menumpuk pada saat mendekati deadline. Persoalan kesibukan itu sudah diatur waktunya. Siapa yang mengatur? Tentu saja kita sendiri. Waktu tiap orang, sama 24 jam sehari semalam. Jika pandai mengaturnya tentu tidak akan terlewat begitu saja. Untuk menulis saja tidak perlu waktu banyak. Dan yang sebenarnya menghabiskan waktu adalah urusan bad mood, malas dan alasan-alasan remeh lainnya.

Yogyakarta, 02 Oktober 2018

#KomunitasODOP

#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...