Langsung ke konten utama

Kemenangan si Merah

Oleh: Fattah Alfarhy

Suatu hari, di padang belantara hutan tropis benua Amerika Serikat terjadi sayembara lomba lari. Sayembara ini telah menjadi agenda tahunan di kerajaan hutan tersebut. Singa, sang raja hutan menantang lomba lari kepada si Macan Kumbang. Si hitam satu ini terkenal dengan kecepatan larinya. Sedangkan singa juga tidak mau kalah karena dikenal sebagai sang raja hutan sejati.

Tiba-tiba datang dari arah belakang, si semut merah yang hampir tak kelihatan wujudnya. Dia pun ingin ikut serta dalam sayembara lari tersebut. Sontak, si singa dan si hitam menertawakan kedatangan si merah.

"Hei, kamu itu siapa? Sudah kecil begitu mana mungkin bisa ngalahin kami yang terkenal pelari cepat," ujar singa sambil mengejek.

"Iya tuh. Mana mungkin semut kecil seperti kamu bisa ngalahin kami. Kalau mau kalahin kami, tidak mungkin. Itu hanya mimpi bagimu," sahut si macan tanpa basa-basi.

"Setidaknya aku bisa ikut serta dalam sayembara ini sudah bagus. Karena ini kesempatan langka bagiku. Kalau nanti kalah, wajar saja. Tapi, kalau diberi kemenangan itu akan menjadi satu kenangan berharga buatku," jawab semut dengan datar.

Tiba saatnya perlombaan lari dimulai. Ketiga peserta tersebut telah berada dalam posisi start yang sejajar. Kali ini jurinya adalah si monyet yang terkenal teliti dan tidak gampang merasa lelah.
"Baiklah, kita akan mulai perlombaan lari kali ini. Siap semuanya! Bersedia, siap, iya..."

Masing-masing peserta telah melaju ke arah garis finish. Untuk lomba lari kali ini, garis finishnya akan berakhir di jarak 500 km dari garis start. Para peserta tidak peduli akan hal itu. Sudah sepatutnya, singa dan macan pasti sudah terbiasa ahli di bidang lari sejauh jarak tersebut. Jadi, sangat mustahil bagi semut untuk mengejar keduanya.

Akan tetapi, semut tidak kehilangan akal. Dia akan tetap berjuang untuk memenangkan lomba lari kali ini. Karena kecerdikannya, si semut merah itu hingga di celana seorang pekebun dari Kanada. Pekebun itu biasa datang sebulan sekali untuk melihat kondisi tanamannya di Amerika Serikat. Dan kebetulan kali ini juga datang dan akan kembali ke Kanada yang membutuhkan jarak tempuh cukup jauh.

"Apa kabar ya si merah kecil itu. Sudah sampai di manakah sekarang, atau jangan-jangan menyerah sebelum bertanding," celetuk singa sambil melaju kencang.

"Ah, biarkan saja. Sampai mana dia, itu bukan urusan kita berdua. Sekarang kita harus melaju kencang sampai di garis finish," sahut macan dari belakang.

Setelah beberapa jam kemudian, tampak si semut di sebuah stasiun pengisian bahan bakar sebuah kota di Kanada. Tanpa sengaja, dia telah melewati jarak yang sungguh sangat jauh. Tak diduga, si merah telah mencapai garis finish.

Selang setengah jam kemudian, singa datang untuk segera menginjak garis finish dengan penuh kesombongan. Dia mengira telah menjadi juara. Sepuluh menit kemudian, si macan datang dengan penuh rasa gembira. Karena dia mengira telah menjadi juara kedua setelah raja hutan.

Setelah beberapa langkah kemudian tibalah mereka di garis finish. Betapa kaget bukan kepalang, di garis finish telah berdiri si semut merah dengan penuh gagahnya. Dialah pemenangnya. Walaupun dengan modal kecerdikan, akhirnya dia keluar sebagai pemenang. Singa dan Makan merasa malu karena dikalahkan makhluk kecil itu. Si merah menjadi pemenang karena cerdik dan pintar. Otaknya dikedepankan untuk meraih kemenangan. Sedangkan, dua peserta lainnya hanya mengandalkan tenaga yang terkadang bisa lelah seketika akibat kehabisan tenaga.

Yogyakarta, 21 Oktober 2018

#KomunitasODOP
#ODOP_6
#Tantangan_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...