Langsung ke konten utama

Sedikit Tidak Apa, Daripada Tidak Sama Sekali

Oleh: Fattah Alfarhy
Sumber: http://www.ketak-ketik.net
"Lebih baik bertindak walaupun sedikit, daripada tenggelam dalam angan-angan ingin bertindak banyak," (Zainal Arifin Thoha).

Manusia tercipta sebagai makhluk berpikir. Ia dibekali akal dan perasaan. Dengan berpikir, manusia akan menemukan sesuatu yang baru. Hasil pemikiran itulah yang akan menjadi peradaban pada suatu ketika. Tanpa berpikir manusia bukan siapa-siapa. Boleh dikatakan, jika manusia enggan berpikir Ia akan menjadi bodoh selamanya. Karena itu, sangat cocok jika manusia menjadi makhluk pemikir yang menjadi penyumbang utama tegaknya suatu peradaban.

Pada suatu ketika, manusia juga selalu dihantui angan-angan. Berkat akal yang digunakan secara optimal, akan menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Ketika manusia ingin melakukan sesuatu, yang dipikirkan terlebih dahulu adalah caranya. Jika telah dimulai, barulah muncul pikiran tentang cara-cara selanjutnya. Karena itu, jika tidak pernah mencoba selamanya tidak akan tahun namanya kegagalan. Jika gagal saja tidak pernah, maka mustahil akan menggapai kebehasilan.

Demikian juga, teori itu diterapkan dalam kegiatan menulis. Dalam benak kita, seringkali muncul perintah tulis, tulis dan menulislah. Keinginan sudah kuat dan niatnya mantap. Akan tetapi, tetap saja memulai pekerjaan itu tidak segampang ketika mengucapkan niat pertama kali. Maka, benar saja jika niat itu sebenarnya paling tepat ketika sudah mulai pekerjaan tersebut. Niat itulah yang akan menjadi ruh yang selalu menaungi pekerjaan yang sedang berjalan. Tanpa niat yang kuat, pekerjaan akan gampang macet dan berhenti total.

Oleh karena itu, untuk memenuhi keinginan menuliskan sesuatu, sebaiknya tidak perlu dipikir dalam angan-angan saja. Justru lebih baik dan tidak salah untuk segera dimulai. Kalau pun bingung caranya, itu karena pikiran di awal saja. Ketika sudah menjalani aktifitas menulis, cara itu akan muncul secara berkembang. Walaupun sedikit hasil tulisan pada waktu tertentu, itu lebih baik. Karena, banyak sekali orang-orang yang hanya terlarut dalam angan-angan yang begitu tinggi. Dan pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa. Sehingga, mulai untuk menulis itu jauh lebih baik daripada berpikir dan berangan-angan yang tidak kunjung dilakukan.

Yogyakarta, 03 Oktober 2018

#KomunitasODOP

#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...

Di Antara Sekian Anomali Kuasa

Selama ini, mungkin sulit untuk memahami realitas. Karena, pada prinsipnya melihat itu sudah cukup. Anomali yang tercipta secara organik gagal terbaca oleh sekian ribu mata yang tak teliti. Mereka bisa bilang, "Karena belum ada yang menyatakan hal tersebut." Namun, apapun adanya dalam setiap fenomena tentu ada sikap sebagai perwakilan pandangan. Tidak menyebut siapa yang benar dan apa yang dikatakan. Semua kembali pada basis semesta yang natural. Lain halnya, jika dikembalikan kepada keraguan akan berhenti pada fanatisme semata. Lalu, apa yang terlihat oleh sepasang mata dan pikiran personal? Ada yang bilang, "Itu dikembalikan kepada kondisi sosial dan politik yang berlaku. Tidak lazim memulangkan kepada kesimpulan spontan para pasukan sorak gembira." Beginilah satu dari sekian wajah klasifikasi kerutan kain perdamaian. Tidak ada yang mengira seseorang yang pernah berkata ini, akan berkata lain di waktu yang berbeda. Dan pada akhirnya, semua berteriak ada kuasa d...