Oleh: Fattah Alfarhy
Setiap pagi, saat terbangun dari lelapnya tidur tentu rasanya gembira. Matahari yang cerah masih sempat dirasakan hangat pancaran sinarnya. Nikmat pertama yang sungguh tidak dapat tergantikan oleh waktu yang lain. Ketika matahari beranjak meninggi, semakin panas sinar menghangatkan udara pagi. Saat itu pula, semakin terbukti akan kehadiran matahari untuk dunia.
Waktu yang berjalan, dari pagi sampai malam adalah sunnatullah yang sungguh luar biasa. Tidak ada yang akan mampu untuk mempercepat atau pula menghentikannya. Bahkan, waktu akan selalu meninggalkan manusia yang hanya berangan-angan akan ini dan akan itu. Dia tak sadar karena selalu menunda kesempatan dan waktu selalu hilang seketika. Sudah semestinya tidak akan pernah kembali waktu yang telah pergi. Sedangkan angan-angan akan selalu bermunculan dari waktu ke waktu, dari hari ke hari tanpa jeda oleh langkah kaki.
Dalam Al-Quran Allah pun bersumpah atas nama waktu. Itu sebagai pertanda betapa besarnya peringatan tentang waktu kepada umat manusia. Mereka semua tidak pernah memungkiri diri yang selalu membuang waktu sia-sia. Akibatnya, jelas bahwa manusia diperingatkan sebagai makhluk yang sungguh merugi jika tiada mampu menggunakan waktu sebaik-baiknya. Lalu siapa yang tidak akan merugi?
Mereka adalah orang-orang yang selalu dalam iman untuk menjalankan kewajiban perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Maka, sudah seharusnya orang mukmin ialah dia yang taat dalam menunaikan shalat dan amal-amal kewajiban lainnya. Sembari menunaikan kewajiban untuknya sendiri, ia harus selalu mengingatkan dan berwasiat kepada kawan sejawatnya, saudara seiman untuk selalu berbuat kebaikan dan kebenaran.
Selain itu, ujian yang tidak akan pernah berhenti menerpa setiap individu manusia mengharuskan kesabaran tingkat tinggi selalu dibawa. Seseorang tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Karena sebagai makhluk sosial, sudah seyogyanya untuk saling berwasiat dan mengingatkan perihal kesabaran. Sabar dalam mengahadapi ujian, dalam menghadapi musibah dan selalu sabar dalam menghadapi kenyataan. Sehingga, dia akan menjadi manusia yang beruntung baik di hadapan Allah maupun di tengah-tengah masyarakatnya.
Yogyakarta, 14 Oktober 2018
#KomunitasODOP
#ODOP_6
Komentar
Posting Komentar