Langsung ke konten utama

Membaca Pesan Moral Al-Qur’an

Oleh: Fattah Alfarhy
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan…” QS. Al-Baqarah [2]: 264

Kita perlu tahu bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci petunjuk bagi umat manusia. Selain sebagai wahyu bagi Rasulullah Saw., Al-Qur’an memberikan cahaya kebenaran bagi bangsa Arab kala itu. Mereka yang awalnya hidup dalam kegelapan masa Jahiliyah, akhirnya takluk oleh Islam yang penuh dengan hidayah. Sebagai rujukan dasar agama Islam, ada Al-Qur’an dan Hadis yang tidak pernah habis untuk dikaji kandungan dan pesan-pesannya.

Al-Qur’an ibarat mutiara yang selalu indah dipandang dari sudut mana pun. Dari segi kebahasaan, al-Qur’an selalu indah untuk dibaca maupun didengarkan bacaannya. Dilihat dari segi pesan-pesannya selalu pas dan cocok dalam penggunaan kata menurut pembacanya. Tidak dipungkiri, jika orang yang selalu membaca al-Qur’an tidak akan pernah sepi dari petunjuk dan kedamaian. Karenanya, perlu rasanya kita selalu belajar untuk membaca pesan moral yang dibawakan oleh al-Qur’an.

Di dalam al-Qur’an sendiri, terdapat metode-metode dalam memberikan pelajaran bagi para pembacanya. Ada yang menggunakan metode pernyataan langsung, metode dialog dan juga metode perumpamaan. Seringkali ketika membaca al-Qur’an akan mudah sekali ditemukan perumpamaan-perumpamaan. Dalam kajian ilmu al-Qur’an ini dinamakan dengan Amtsāl al-Qur’ān. Perumpamaan-perumpamaan tersebut tak lain adalah untuk memudahkan para pembacanya memahami pesan yang terkandung dalam suatu ayat.

Dasar penggunaan perumpamaan tersebut, disinyalir untuk membuat al-Qur’an seakan-akan terasa lebih nyata dengan keseharian pembacanya. Ini menandakan pesan al-Qur’an dapat ditangkap dan dipahami dari perumpamaan tersebut. Hal menjadikan al-Qur’an lebih mudah untuk dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, kita boleh membuka QS. Al-Baqarah [2]: 264 yang menggunakan batu licin berdebu yang diterpa hujan lebat. Tentu saja batu tersebut akan bersih tanpa debu sedikit pun. Itu akibat hujan deras yang melenyapkan debu di atas batu tersebut.  Maka, ibarat orang-orang yang bersedekah dengan disertai riya itu sama saja dengan debu yang hilang seketika oleh hujan yang lebat. Sedekah itu diibaratkan debu yang menempel di atas batu. Karena, sedekah tersebut disertai riya seketika lenyaplah pahalanya. Riya diibaratkan hujan lebat yang menghapus pahala sedekah tersebut. Sehingga, tak sedikit pun lagi tersisa pahala seorang bersedekah yang disertai riya atau pamer.

Yogyakarta, 08 Oktober 2018


#KomunitasODOP
#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...