Langsung ke konten utama

Kasihan Yang Menunggu

Oleh: Fattah Alfarhy

Janji itu hutang. Ketika sudah terlanjur janji, upayakan sekuat tenaga untuk menepatinya. Jika berjanji dengan waktu tertentu, datanglah lebih awal agar tidak membuat orang kecewa. Menunggu itu berat. Terlebih lagi jika menunggu tanpa kepastian. Pastinya terbayang kalau janji itu ringan untuk diucapkan. Akan tetapi, sangat berat untuk ditunaikan. Ibarat hutang, janji harus ditulis supaya tidak lupa.

Jangan pura-pura lupa kalau sudah berjanji. Karena itu hanya akan menyakitkan orang mendengar janji. Ketika berjanji itu ringan sudah seharusnya menepatinya harus dipermudah. Jangan sampai mempersulit diri dengan tidak menepati janji. Jangan munafik. Itu lebih dari sekedar kebohongan yang terucap. Orang munafik itu tidak pernah memiliki saudara. Baginya semua adalah musuh. Karena yang ada baginya musuh abadi, sedangkan kawan itu cukup sehari.

Ketika dipercaya orang lain jangan sampai berkhianat untuk kepentingan pribadi. Karena itu hanya sesaat untuk nafsu belaka. Berjanji itu butuh niat. Tidak asal ngomong seenaknya. Kemudian melupakan tanpa merasa bersalah. Coba bayangkan seandainya berada di posisi orang yang menunggu. Pasti akan merasa berat dalam kesempatan untuk menunggu. Tidak ada kepastian, tidak ada kabar, bahkan tidak ada angin yang berembus memberi kesejukan.

Dan pada akhirnya, dikhianati itu menyakitkan. Sudah janji bilang iya berkali-kali. Ujungnya mengingkari sendiri apa yang telah diucapkan. Tanpa rasa penyesalan, tanpa rasa malu, bahkan tetap saja ngajak janjian dan melupakan yang telah terjadi. Orang macam apa kalau begitu. Seharusnya, tahu diri dan mencoba berpikir tentang perasaan orang yang menunggu. Betapa kasihan yang menunggu. Sudah lama, terasa panas, haus dan endingnya tidak datang.

Jangan coba-coba untuk menjengkelkan hati orang lain. Jika nanti tidak ingin mendapat balasan yang sama, jangan sekali-kali lakukan itu. Karena kebaikan kecil itu jauh berharga. Daripada berjanji tentang kebaikan yang besar, muluk-muluk dan akhirnya dilupakan. Keterlaluan itu jahat. Sungguh tidak berperikemanusiaan. Dia cuma memikirkan dirinya sendiri tanpa menengok perasaan orang. Apalah jadinya kalau sudah begitu. Selain untuk dilupakan dan ditendang dari ingatan.

#KomunitasODOP
#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...