Langsung ke konten utama

Kehilangan Malu

Oleh: Fattah Alfarhy

Kecantikan seorang perempuan bukan satu-satunya alasan untuk dijadikan pilihan. Kedudukan yang disandang pun menjadi pertimbangan seorang lelaki yang akan meminangnya. Namun, terlepas dari semuanya agama menjadi satu-satunya pertimbangan penting untuk menentukan satu pilihan hati. Kekayaan dan kecantikan bersifat sementara. Seiring waktu yang berjalan akan berkurang sesuai kadar kegunaan dan masanya. Lain dengan agama menjadi satu modal penting untuk membangun kehidupan keluarga di masa depan. Tanpa agama yang mapan, rasanya tetap kurang untuk sebuah kedamaian kehidupan.

Seorang anak perempuan pasti cantik. Kalau tampan  tentu saja milik lelaki. Masing-masing memiliki kelebihan. Seorang anak lelaki akan menonjol oleh keperkasaan dan kekuatannya. Ketika berhadapan dengan tantangan ia pantang menyerah dan selalu berusaha. Beda dengan anak perempuan yang lebih mementingkan kecantikannya. Atas kecantikan itu seringkali menjadi fitnah orang-orang yang melihatnya. Setiap orang yang melihat menjadi saksi untuk paras indahnya. Baik itu secara langsung atau menyaksikan melalui album foto di linimasa.

Sangat disayangkan jika wajah cantik hanya menjadi buah bibir tanpa dijaga. Setiap hari tidak pernah terlewat disebut namanya oleh penggemar di dunia maya. Semua terjadi bukan karena sepihak. Bukan pula karena tidak sengaja. Hal itu menjadi terbiasa dan bagai candu yang sulit dihilangkan. Saat foto itu diupload ke sosial media, saat itu pula seseorang menyebut namanya. Sesaat setelah gambar itu terpasang di beranda, satu per satu komentar ditunggu. Komentar yang paling membekas adalah kata "cantik" ketika terbaca olehnya. Seakan menjadi suntikan semangat untuk semakin banyak mengupload foto lebih dan lebih banyak lagi.

Lama kelamaan tidak satu saja komentar yang memujinya. Satu per satu mulai suka dengan status yang diperbarui. Sampai dia merasa bak artis dadakan di dunia maya. Kesehariannya bersama keluarga perlahan berkurang karena urusan memenuhi permintaan para fans gelapnya. Dan akhirnya sehari tanpa upload foto selfi terbaik adalah kurang afdol. Kalau bisa malah lebih banyak. Syukur-syukur semakin banyak like dan permintaan pertemanan dari penggila kecantikannya. Sampai akhirnya rasa malu itu hilang karena kegilaan foto yang berlebihan.

Seandainya punya anak perempuan, miris rasanya melihat tingkah laku demikian. Seakan dia merindukan perhatian dari seseorang yang dipertanyakan. Sebab, tidak jelas siapa yang akan memperhatikannya. Bahkan mungkin tidak cukup lagi perhatian ayahnya yang masih setia mengantar jemput ke sekolahnya. Pujian ayah tidak lagi dihiraukan apalagi nasihatnya. Terkadang risih melihat anak perempuan yang keranjingan untuk selalu upload foto setiap hari di berandanya. Bagaimana pun memang itu kodrat perempuan yang ingin selalu diperhatikan. Namun, jika itu berlebihan tentu menjadi pengganggu bagi pandangan mata.

Ketika anak perempuan sudah kecanduan tingkah laku demikian, apakah sebagai orang tua layak tinggal diam. Atau justru malah mendukung karena anaknya semakin tenar dan banyak fans. Rasanya tidak mungkin seorang ayah membiarkan anaknya yang paling cantik dilihat orang lain tiap hari. Walau itu hanya di sosial media tetap saja ayah harus mengingatkan betapa pentingnya malu bagi seorang perempuan. Dia adalah calon tiang negara yang tidak perlu menampakkan jati dirinya. Perempuan hanya perlu berjuang untuk masa depan anak-anaknya.

Bukannya malu merupakan sebagian dari iman. Ketika seseorang kehilangan malu, seakan imannya dipertanyakan. Terlebih bagi seorang perempuan yang tidak lagi punya malu walau sekadar untuk menjaga wajahnya diumbar di ranah publik. Senyumannya menggoda, belum lagi cantiknya pasti membuat mata terpanah. Itulah kodrat perempuan. Jika malu sudah hilang dari wajahnya, seakan ia telah merobek baju terakhir yang menutupi auratnya. Secara tidak langsung ia telah menodai agamanya. Iman yang diyakini seakan berkurang oleh tingkah lakunya sendiri.

Malu menjadi pakaian terakhir bagi perempuan. Seorang pemalu menjadi penegak kokohnya agama. Jika sedari kecil sudah diajari untuk menjaga malunya, nanti besarnya juga selalu terjaga kehormatannya. Lain jika sejak kecil bebas mengumbar foto tanpa batas, bisa jadi besarnya tidak peduli lagi dunia sekitarnya. Rasanya sudah tak dipedulikan lagi omongan orang lain. Asalkan happy, dunia seakan miliknya sendiri. Dari itulah, perlu diajarkan dan ditegaskan pentingnya rasa malu bagi anak-anak perempuan. Semua demi kemaslahatan dan kehormatan hidupnya di masa depan.

#KomunitasODOP
#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...