Oleh: Fattah Alfarhy
Setiap kata yang terucap adalah doa. Sepatah kata yang tak terucapkan akan berbuah harapan. Doa yang terijabah akan membawa rasa senang dan damai. Kebaikan adalah muara tujuan setiap perkataan seseorang. Kata yang baik adalah modal utama dalam menggapai kebaikan. Cita-cita adalah tujuan kebaikan setiap kata yang diucapkan. Sehingga, tidak perlu banyak berkata jika hanya berujung dampak buruk kepada seseorang.
Kalimat yang panjang bisa saja menjadi cacian dan fitnah. Seorang pembicara yang baik akan mengerti lawan bicaranya. Pendengar yang baik pasti menerima kebaikan yang telah terekam oleh telinganya. Jika ada seseorang telah banyak berkata tanpa jeda, bukan tak mungkin akan banyak salahnya. Di sinilah kelemahan manusia yang tidak menghiraukan kematangan ilmunya sebagai landasan. Dia hanya berkata untuk menarik simpati. Dan akhirnya, kata-katanya banyak berujung pada fitnah dan cacian yang jauh dari kebenaran.
Adakalanya seseorang akan pergi dari kehidupan kita. Entah, itu sebagai almarhum. Ada pula sebagai mantan. Dalam kesempatan lain, akan pergi sebagai pengkhianat yang sampai hati menelan ludah temannya sendiri. Sudah jutaan kata dibagikan untuk saling mengerti arti kehidupan satu sama lain. Namun, pada akhirnya semua berakhir karena salah kata, salah paham, atau bahkan salah acuan.
Karena itu, berteman bukan saja mencari kedamaian. Tingkah laku sampai selaras tingkat keagamaan menjadi satu alasan untuk menjadi temannya. Karena teman menjadi landasan orang memandang sisi keagamaannya. Jika temannya baik, dia akan dipandang baik juga. Ibarat berteman dengan penjual parfum akan juga ketularan wanginya. Bukan tak mungkin berteman dengan pembawa bangkai akan tercium bau busuknya. Maka, sebaik-baiknya teman adalah yang memberi manfaat untuk sesama. Jangan sampai menjadikannya topeng dalam kebaikan yang belum sempat dilakukan diri sendiri.
Berjuang untuk menjaga karakter diri lebih berat daripada menjaga nama baik seorang teman. Setiap apa yang nampak oleh kita dalam diri orang lain selalu saja negatif. Sebaliknya, kebaikan kecil yang disebut orang lain dijadikannya pencitraan. Siapa yang tak mau nama baik. Karena hidup enak itu karena nama baik, berkat kebaikan dan mendapat rahmat dari Allah. Sehingga, karakter seseorang tidak mungkin terjaga oleh dirinya sendiri. Teman adalah penjaja nama baik seseorang di setiap langkah hidupnya. Bersyukurlah dengan teman baik yang kita punya.
Dengan demikian, teman adalah langkah yang selalu mengiringi hidup kita. Di mana kaki berpijak ada teman yang selalu menyertai. Tanpa teman saat itu, mana mungkin bisa menjadi kuat dalam hidupnya. Kehadiran teman tidak perlu ditunggu. Namun, ada kesempatan yang baik siapa pun boleh dijadikan teman. Baik itu teman ngobrol, teman jalan, teman makan, sampai menjadi teman berbagi cerita dan mencari solusi bersama.
Karenanya, teman terbaik adalah yang pandai mengerti mana fitnah, mana pujian, mana cacian dan mana yang disebut sebagai ajakan kebaikan. Berteman tanpa tujuan kebaikan akan menghabiskan waktu sia-sia. Sebaliknya, berteman dengan orang baik akan memperluas kesempatan dalam kebaikan. Sehingga, apapun sebutannya teman akan selalu disebut tanpa alasan. Bukan karena dan karena.
Teman itu selalu ada tanpa mengaku-ngaku. Sampai ketika ditinggal pergi tidak perlu memanggil dan mengaku teman baik. Padahal ketika ada didiamkan dan mencari yang jauh hanya untuk sekadar cerita makan malam dan tempat wisata. Sehingga, saat dia telah pergi selamanya banyak yang mengaku temannya. Semua atas kebaikan yang telah ditanam saat hidupnya. Karena itu, bertemanlah bukan atas pengakuan. Bukan pula atas kecondongan dan fanatik golongan. Tetapi, bertemanlah untuk perdamaian dalam membangun masa depan. Ketika ada dicinta, ketika pergi disebut dalam doa.
#KomunitasODOP
#ODOP_6
Komentar
Posting Komentar