Langsung ke konten utama

Suka Fiksi, Melamunlah!

Oleh: Fattah Alfarhy
"Lamunan adalah dasar dari segala fiksi." (Colin Wilson)
Berada di dunia ini ibarat naik kapal yang berlabuh sementara. Perjalanan kita masih sangat jauh untuk menuju ke arah kebahagiaan. Setiap orang mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam cara apapun ia mencoba untuk meraih kebahagiaan itu dalam waktu yang begitu singkat di dunia. Namun, kebahagiaan itu tidak kekal. Karena, ibarat orang kehausan yang lega oleh segarnya air minum akan haus lagi dan lagi.

Kehidupan di dunia ini diumpamakan al-Qur’an sebagai candaan dan permainan. Setiap orang yang kita temui pasti bermacam-macam karakter dan sifat yang dimiliki. Mereka tidak mungkin seperti yang kita pikirkan. Pun mereka tidak bakal menuruti apa yang kita inginkan. Itu menandakan bahwa setiap memiliki keistimewaan dan keunikan dengan segala kekurangannya. Karena itu, setiap orang tentu harus menentukan jalan hidupnya menyesuaikan karakter dan kelebihan yang dimiliki.

Kebahagiaan seseorang tentu harus dibarengi dengan usaha. Tanpa usaha, tentu tidak akan meraih sedikit pun hasil dari jerih payahnya. Ketika orang mendambakan kebahagiaan tentu akan menjalankan cara untuk meraihnya. Bukan malah melamun dan berangan-angan kapan akan bahagia. Kalau bisanya cuma demikian, tak ubahnya menjalani hidup fiktif belaka. Karena melamun itu menjadi dasar segala yang fiksi. Sedangkan kebahagiaan itu adalah kenyataan yang harus diraih dengan usaha yang nyata pula. Sehingga, kalau menginginkan sesuatu hanya diangan-angan sama saja memikirkan sesuatu dalam lamunan.

Dengan demikian, hidup itu berada di dunia yang nyata dan membutuhkan kenyataan. Usaha yang nyata dan ketegasan hidup dalam kenyataan harus menjadi hal penting untuk meraih kebahagiaan yang hakiki. Kalau dunia ini bersifat sementara, jadilah seperti musafir yang hanya singgah dalam perjalanan. Ketika sudah sampai masa ajalnya, pada akhirnya akan kembali menghadap kenyataan. Jika dunia ini fiksi, maka akhirat adalah kenyataan yang abadi. Di sanalah nanti kebahagiaan abadi akan didapatkan oleh orang yang benar-benar berusaha dalam ibadah saat di dunia. Sebaliknya, mereka yang bermalas-malasan tidak akan pernah merasakan kebahagiaan kecuali hanya angan-angan fiktif belaka.

Yogyakarta, 10 Oktober 2018

#KomunitasODOP

#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...