Langsung ke konten utama

Menanamkan Hidup Sederhana

Oleh: Fattah Alfarhy

Anak remaja di zaman modern seperti sekarang tampak kurang lengkap jika tidak ada gawai di tangannya. Ini semacam gaya hidup. Bisa saja mereka yang tidak memilikinya, akan sedikit teman. Atau mungkin dia akan menjari generasi kurang gaul, kurang update, atau barangkali kurang jaringan pertemanan. Sebab, jaringan pertemanan dunia maya lebih diunggulkan daripada teman di dunia nyata. Hal itu, bisa nampak di berbagai sudut tempat pasti akan mudah ditemui orang-orang bermain gawai dalam genggamannya.

Sayang sekali, hal itu tidak dibarengi dengan kegiatan positif. Jika gawai sudah dalam genggaman yang lain jadi terlupa. Buku yang seharusnya menjadi teman setia, seakan penuh sarang laba-laba di atas lemari. Tersebab buku itu sudah lama tidak disentuh apalagi dibaca. Ini menjadi seakan kebiasaan atau lebih tepatnya disebut sebagai gaya hidup. Seseorang yang tidak mengikuti gaya hidup seperti itu, tidak layak disebut manusia modern.

Oleh karena itu, perlu ada semacam pemahaman kembali betapa pentingnya hidup sederhana. Jangan disalahartikan jika sederhana itu hemat alias irit karena tidak berduit. Padahal, sederhana itu merupakan upaya untuk hidup apa adanya tanpa rekayasa. Buat apa memiliki gawai yang bagus berharga mahal, kalau paket datanya tidak ada. Masih lebih mendingan memiliki HP biasa, asal ada pulsa untuk nelpon dan kirim pesan jika diperlukan.

Hidup sederhana harus dipahami sebagai cara hidup yang memberikan kedamaian. Sederhana bukan berarti tidak punya apa-apa. Atau bisa saja dibilang terlalu perhitungan dalam menggunakan harta benda. Akan tetapi, sederhana merupakan sebuah cara hidup untuk menikmati segala apa yang telah dimiliki tanpa merasa terbebani oleh sesuatu yang bukan miliknya. Jadi, tanpa memandang apa yang ada di tangan orang lain, ia tetap enjoy menikmati segala hal yang dimilikinya. Dia merasa lebih nyaman dengan apa yang dimiliki, daripada melirik punya orang lain yang belum tentu menjadi miliknya.

Oleh karena itu, sederhana bukan bermaksud tidak memanfaatkan kepunyaan berupa harta maupun barang mewah. Pun juga bukan dimaksudkan untuk bersikap hemat terhadap penggunaan apapun yang menjadi miliknya. Akan tetapi, sederhana lebih kepada cara hidup yang serba apa adanya tanpa merasa terbebani dengan sesuatu yang bukan miliknya. Mau apapun jadi ringan, damai sentosa karena tidak memikirkan resiko yang lebih besar dibandingkan kemewahan yang terkadang melalaikan diri sendiri.

Yogyakarta, 16 Oktober 2018

#KomunitasODOP

#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Adab Mencari Ilmu

Oleh: Fattah Alfarhy Menuntut ilmu harus ditunjukkan dengan sikap semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia tanpa mendatangkan manfaat. Membaca dan memahami suatu materi pelajaran yang sudah atau belum dijelaskan guru, merupakan suatu kewajiban bagi setiap pelajar. Kalau menemukan kesulitan pada suatu persoalan, bertanya dan diskusi bersama teman merupakan suatu hal yang perlu dilakukan. Sehingga, tidak mudah beralih pada persoalan lain sebelum satu persoalan selesai dan dipahami dengan baik.  Adakalanya, tempat duduk yang telah ditentukan oleh seorang guru harus dipenuhi sebagai perintah yang tidak boleh dilanggar. Namun, apabila ada seorang teman yang menempati tempat tersebut, tidak perlu berkelahi atau saling memaksakan melainkan hal yang penting dilakukan ialah melaporkan ke guru yang semula menentukan tempat duduk tersebut.  Pada waktu pelajaran telah dimulai, segera bergegas tinggalkan obrolan bersama teman sekelas untu...

Adab Belajar, Mengkaji Ulang dan Berdiskusi

Oleh: Fattah Alfarhy Jika menginginkan hasil yang lebih baik dalam memahami suatu pelajaran, jangan sendirian ketika belajar. Barangkali dengan belajar bersama teman akan lebih mudah untuk bertukar pendapat dan bisa saling membantu dalam hal tersebut. Walaupun telah memahami suatu pelajaran, tidak sepatutnya meninggalkan buku pelajaran begitu saja. Sudah seharusnya tetap belajar dan berdiskusi dengan teman ialah lebih baik seakan-akan masih belajar di hadapan guru sebenarnya. Ketika belajar harus berlaku sopan terhadap siapa saja, sekalipun di hadapan teman sendiri. Tidak semestinya menunjukkan kepandaian apapun di hadapan teman dengan melecehkannya yang lebih lambat dalam memahami suatu pelajaran. Tidak perlu berdebat kusir yang berkepanjangan pada suatu hal yang jelas salahnya, dan jangan sampai membawa ilmu kepada jalan yang batil. Karena, ilmu itu amanah dari Allah Swt. yang harus dibawa dengan sebaik-baiknya dengan tidak menyia-nyiakannya. Sehingga, mengkaji ulang merupa...

Guru Ngaji

Oleh: Fattah Alfarhy Teringat di masa kecil, saat waktu menjelang Magrib. Lima belas menit lagi adzan akan berkumandang. Tampak dari kejauhan anak-anak berbaris dengan rapinya membawa kitab Turutan dalam dekapannya. Mereka berjalan penuh suka cita. Sesampainya di Musholla, mereka bergegas membantu teman-teman lainnya yang sedari tadi gotong royong mengisi bak tempat air wudlu. Tampak sudah cukup untuk dipakai wudlu para jama'ah shalat Magrib dan Isya', mereka pun menghentikan aktifitasnya. Satu dari mereka segera meraih mikrofon lusuh yang sudah penuh bisikan saat bersuara. Adzan pun berkumandang olehnya. Merdunya suara anak kecil itu. Para jama'ah pun bertanya-tanya, "Anak siapa itu? Alangkah indahnya, lantunan adzan yang dibawakannya." Semua bergegas memenuhi barisan shaf terdepan selepas berwudlu. Sembari menunggu imam, mereka bersama-sama melantunkan lagu-lagu Islami yang penuh makna. Orang menyebutnya sebagai "puji-pujian" yang bermuatan seruan-se...